Lihat ke Halaman Asli

Pria Merasa 'Jantan' Mengenakan High Heels?

Diperbarui: 21 Juni 2017   09:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pria dimotivasi untuk mengenakan High Heels sebagai aksi mendukung feminisme / www.supportwithinreach.org

Melalui hak asasi manusia dan organisasi kemanusiaan, feminis  mengubah wajah masyarakat masa kini dengan cara yang tampaknya sangat manusiawi, misalnya feminis mendalangi berbagai kegiatan kampanya anti kekerasaan dalam rumah tangga dengan cara membiaskan tatanan sosial masyarakat, identitas dan peran gender.  Dengan mengambil slogan 'Walk a mile in her shoes' gerakan ini mampu memotivasi para laki-laki untuk mengenakan sepatu hak tinggi wanita dan berjalan di keramaian.

Bunyi salah satu slogan: I'm man enough to walk in her shoes' (Saya cukup jantan untuk berjalan mengenakan sepatu high heel). Kegiatan serupa kerap dilakukan pada berbagai kesempatan.  Para kadet, para pria, bahkan para polisi pria banyak yang berperan serta dalam kegiatan dengan 'kedok kemanusiaan' untuk mempermalukan dirinya sendiri dengan mengenakan sepatu hak tinggi wanita.


Kutipan seorang pejuang feminis: "Feminism is theory, lesbianism is practice - Ti-Grace Atkinson" [feminisme adalah teori sedangkan lesbian adalah prakteknya]

Hal lain lagi yakni, ratusan siswa laki-laki di kampus Mississippi State University mengenakan sepatu hak tinggi dan berbaris di acara tahunan 'Walk a Mile In Her Shoes' yang disponsori oleh MSU's Sexual Assault Services Office. Parade ini ditujukan untuk menyuarakan anti kekerasan seksual, acara ini hanya salah satu dari banyak kegiatan lain yang diadakan di seluruh dunia yang dipromosikan oleh Venture Humanity Inc, sebuah organisasi nirlaba California.

Menurut beberapa siswa, mereka ikut berpartisipasi dikarenakan adanya pemaksaan sosial yang cukup ekstrim serta tekanan administrasi sehingga mereka harus berpartisipasi dalam acara tersebut. "Ini sangat konyol dan memalukan", kata salah seorang mahasiswa. Kegiatan ini bukanlah mendidik tetapi suatu taktik untuk  mempermalukan pria. Jika dilihat, pria-pria ini adalah pria yang peduli perempuan, bahkan melebihi diri mereka sendiri, mereka pun peduli pada keselamatan perempuan, tetapi kegiatan ini justru membuat pria-pria mempermalukan diri mereka sendiri. Tidak semua pria pemerkosa tapi acara kegiatan ini justru memberikan pesan bahwa semua pria adalah pemerkosa, ini adalah kemunduran dalam masyarakat, ujarnya.

Artikel ini adalah cuplikan yang diambil dari buku Awaken The Giant - Bangkitnya Revolusi Sosial Dunia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline