Lihat ke Halaman Asli

Sekolah Kristen Calvin Membangun Kisah Kehidupan

Diperbarui: 17 Agustus 2017   22:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Modernisme mereduksi manusia menjadi sangat sederhana. Dalam pandangan modern, manusia diwakili oleh rasionya. Orang tahu yang benar akan melakukan yang benar. Orang tahu sesuatu yang baik akan menginginkan hal yang baik itu. Namun, faktanya manusia tidak selalu berpikir dalam menentukan pilihan dan melakukan sesuatu. Dalam kebudayaan kita, kita hampir tidak pernah mempertanyakan mengapa mandi perlu dua kali sehari. Pada zamannya, orang sekelas Raja Louis XIV hanya mandi dua kali seumur hidupnya. Banyak hal yang kita terima begitu saja dari kebudayaan kita. Bahkan, banyak dari kita tahu hal yang baik dan benar, tetapi memilih untuk melakukan hal sebaliknya yang salah dan buruk.

Manusia tidak serta-merta berubah menjadi baik hanya dengan diberikan pengetahuan. Kita juga mendapati bahwa Alkitab tidak hanya berisi pernyataan hal yang harus kita lakukan dan tidak boleh kita lakukan. Alkitab berisi kisah-kisah yang bukan hanya membangun pengetahuan kita, tetapi juga membangkitkan "rasa" dalam hati kita. Hal inilah yang mendasari pendekatan Sekolah Kristen Calvin dalam mendidik siswa-siswinya. Sekolah Kristen Calvin tidak hanya mengisi otak siswa-siswi dengan berbagai ilmu pengetahuan, tetapi juga mengetuk hati siswa-siswi, membangkitkan rasa cinta mereka kepada hal-hal yang baik dan benar. Sekolah ini membangun kisah-kisah kehidupan, bukan hanya sekadar tahu banyak hal. Dapat dikatakan, Sekolah Kristen Calvin adalah sekolah kehidupan.

Membangun Kisah sebagai Komunitas Kristen

Sekolah Kristen Calvin bukan hanya "sekolah". Sekolah ini merupakan suatu komunitas orang-orang percaya. Guru dan siswa berinteraksi lebih dari sekadar mengajar dan belajar. Siswa-siswi dihadapkan pada suatu miniatur komunitas gereja. Mereka diajak membaca dan merenungkan Firman TUHAN. Mereka diajak untuk "mencicipi" indahnya gereja TUHAN sebagai komunitas yang saling mengasihi dan mendukung dalam pertumbuhan rohani. Guru-guru mendampingi siswa-siswi dalam perkembangan mereka sebagai anak dan remaja. Berbagai pergumulan siswa-siswi menjadi pokok doa bagi guru-guru.

Sekolah Kristen Calvin berusaha menciptakan suasana kekeluargaan di sekolah, suatu keluarga Kristen. Siswa-siswi belajar bertumbuh bersama dalam kelompok kecil yang membahas Firman Tuhan. Dalam kelompok kecil ini, mereka membahas masalah-masalah yang lebih kontekstual dengan hidup mereka sehari-hari. Mereka belajar untuk saling mendoakan dan bertumbuh bersama sebagai komunitas umat Allah.

Membangun Kisah sebagai Pembelajar Kristen

Sekolah Kristen Calvin tentunya mengajarkan Fisika untuk kelas IPA dan Ekonomi untuk kelas IPS. Sebagai sekolah dengan kurikulum nasional, Sekolah Kristen Calvin juga memberikan pelajaran Bahasa Indonesia dan Matematika untuk setiap jenjang, mulai dari SD hingga SMA. Namun, Sekolah Kristen Calvin mengambil suatu sudut pandang kristiani dalam mengajarkan semua mata pelajaran tersebut. Allah memberikan wahyu umum dan wahyu khusus kepada manusia. Pemahaman akan wahyu khusus (Firman Tuhan) dengan tepat akan menjadi dasar bagi pemahaman yang benar akan wahyu umum (ciptaan dengan semua aspeknya). Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan (Amsal 1:7).

Seorang cendekiawan Kristen, C.S. Lewis, pernah mengungkapkan, "Education without values, as useful as it is, seems rather to make man a more clever devil." Sekolah (pendidikan) tanpa nilai-nilai yang baik (tanpa takut akan TUHAN), cenderung akan membuat murid-muridnya menjadi orang jahat yang lebih pintar. Bruno Tesch, adalah seorang kimiawan dan pebisnis yang menemukan Zyklon B, pestisida berbasis sianida yang digunakan untuk membunuh 1,2 juta orang di kamar gas dan kamp konsentrasi selama Holokaus. Kita bisa daftarkan banyak sekali nama-nama di bawah Bruno Tesch.

Sekolah Kristen Calvin tentunya berharap siswa-siswi menjadi pandai. Namun, bukan hanya itu. Sekolah Kristen Calvin mengintegrasikan nilai-nilai kristiani di dalam tiap-tiap mata pelajaran. Siswa-siswi diharapkan menyadari peran mereka sebagai pelajar di hadapan TUHAN. Mereka diajak untuk menggumulkan panggilan mereka di hadapan TUHAN. Bukan semata-mata belajar untuk masuk perguruan tinggi favorit lalu bekerja untuk kaya. Mereka digugah untuk bertanggung jawab atas talenta-talenta yang TUHAN berikan kepada mereka. Mereka bisa saja menjadi pebisnis, akuntan, arsitek, guru, dokter, karyawan, dan sebagainya. Namun, mendasari semua jenis pekerjaan tersebut, mereka menyadari bahwa mereka mengerjakan semuanya itu sebagai respons mereka atas panggilan dari TUHAN.

Suasana kelas di SMP Kristen Calvin

Membangun Kisah sebagai Kristen Indonesia

Sekolah Kristen Calvin memilih kurikulum nasional di tengah-tengah tren sekolah internasional. Sekolah Kristen Calvin hendak mendidik siswa sebagai warga negara Indonesia yang menyadari tanggung jawabnya terhadap bangsa dan negara. Hal ini bukanlah basa-basi. Hal ini tertulis dan visi sekolah: "Membentuk karakter kristiani yang beriman, berilmu, dan berperasaan tanggung jawab sebagai generasi penerus bangsa". Pelajaran Sejarah dan Pendidikan Kewarganegaraan diberikan bukan hanya sebagai syarat kurikulum nasional, tetapi sebagai perenungan identitas ke-Indonesia-an di dalam diri siswa-siswi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline