Kecelakaan tunggal bus pariwisata rombongan siswa SMA Negeri 2 Genteng di Desa Sukosari, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur Oktober lalu perlu menjadi perhatian kalangan pendidik di Banyuwangi. Sebanayak 20 siswa dari 46 penumpang mengalami luka-luka. Beruntung, tak ada korban jiwa.
Melansir Radar Banyuwangi edisi Senin, (20/10/2019) bus pariwisata bernomor polisi H 7735 UA itu hendak menuju ke beberapa tujuan, di antaranya Universitas Indonesia, Universitas Gajah Mada dan Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) untuk kegiatan tur studi.
Namun nahasnya satu bus dari lima bus yang berangkat mengalami selip pada ban saat mendahului sebuah truk di Jalan Raya Desa Sukosari, Kecamatan Jatiroto, Kabupaten Lumajang hingga masuk ke parit dan terguling.
Hal ini tentunya perlu menjadi bahan evaluasi bagi pemangku kepentingan guna meninjau ulang kurikulum yang mengatur tentang tur studi. Sehingga jaminan keamanan dan keselamatan pelajar dalam pelaksanaan kunjungan tersebut bisa terjaga.
Mengingat kegiatan macam tur studi di Banyuwangi sendiri seperti sudah menjadi tradisi yang terus berlanjut disetiap tingkatan sekolah. Bagi pelajar, acara tersebut laiknya hal yang prestisius, sehingga semakin jauh kota yang dituju justru semakin baik.
Meski sempat mendapat keluhan dari wali murid saat dilakukan pertemuan dalam rapat komite sekolah karena besaran biaya yang harus dibayarkan. Pun hal tersebut tidak mengurungkan agenda yang biasanya memang sidah dijadwalkan oleh pihak sekolah.
Padahal Kepala Cabang Dinas Pendidian (Cabdispendik) Jawa Timur Wilayah Banyuwangi, Istu Handono saat dikonfirmasi Radar Banyuwangi mengatakan jika tur studi tidak diwajibkan oleh Dispendik Jawa Timur. Pasca insiden tersebut pihaknya juga akan mengevaluasi kurikulum tur studi yang berlangsung di Banyuwangi.
Prioritas Keselamatan
Ditinjau dari penting tidaknya kegiatan tersebut, sepengalaman penulis memang cukup bermanfaat apalagi jika kunjungannya menuju ke tempat yang linier dengan proses pembelajaran di Sekolah. Selain itu, aspek wawasan yang diberikan juga menjadi cara untuk pelajar menentukan arah pasca lulus sekolah.
Pun kegiatan yang bermanfaat sudah seharusnya memikirkan fasilitas keamanan dan keselamatan agar selalu terjaga. Seperti tur studi yang penulis lakukan di medio 2016 dengan Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai tujuan.
Kala itu selurus siswa dan dewan guru sepakat memilih moda transportasi Kereta Api Indonesia (KAI) guna sampai kelokasi.