Lihat ke Halaman Asli

Belanda

Diperbarui: 21 Januari 2017   13:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kopi hitam mengepul. Udara beranjak pagi. Orang-orang di ronda kumpul. Menyaksi laga bola penuh gengsi. Belanda lawan Spanyol. Langsung disiarkan dari Brazil. Pemain kelas dunia tampil. Orang-orang ronda asyik komentar dan ngobrol. Mereka pasang taruhan. Mereka lupa Tuhan. Piala dunia telah membuat mereka sejenak melupakan kewajiban. Pada pilihan Presiden dan syaum Ramadhan.

Orang-orang ronda banyak bertaruh untuk kemenangan tim Spanyol. Mereka memiliki keyakinan tim Matador tak akan kebobolan gol. Mereka terus saja memuji-muji dan mengacungi jempol. Tetapi tim Belanda ternyata mampu melesakkan lima gol ke gawang Spanyol.  Orang-orang ronda jadi dongkol.

“Ini murni kesalahan pelatih. Strategi yang diraciknya sudah tidak lagi matih,” kata Ketua RT yang ikut ronda dengan nada lirih.

“Pelatih Spanyol kan sudah tua. Bisa saja dia sudah pikun dan jadi pelupa. Masa sekelas juara dunia kalah terhina di pertandingan perdana! Skor telak 5-1 ini benar-benar malapetaka,” timpal anggota Linmas penuh kecewa.

“Apa saya bilang tadi! Belanda sudah punya strategi yang akan membuat permainan La Furia Roja mati. Pelatih Belanda memang sakti,” ujar Asep Masduki. Wajahnya berseri-seri.

“Ah.... Pak Asep kan pendukung fanatik Belanda. Kalau muji-muji seperti itu, tidak aneh bagi kita. Tapi memang, saya akui permainan cepat Belanda luar biasa,” kata Ujang Suja.

Pak RT rupanya kecewa berat. Tim kesayangannya habis dilumat. Pak RT terlihat emosi. Nada suaranya tiba-tiba meninggi.

“Saya gak ngerti sama Pak Asep! Belanda itu bekas penjajah kita. Jangan-jangan Pak Asep perlu ke dokter minta resep. Biar otaknya sedikit terbuka.”

“Eh.... Pak RT bicara apa! Saya suka Belanda itu urusan saya. Kalau jago Pak RT keok terima saja. Jangan ngomong ngelantur ke mana-mana.” Asep Masduki balik menyerang Pak RT sambil berdiri. Orang-orang ronda pun berdiri.

Anggota Linmas berusaha menenangkan Pak RT yang berdiri bertolak pinggang. Sementara Ujang Suja menepuk-nepuk pundak Asep Masduki supaya bersabar. Tangan Pak RT terlihat gemetar. Wajah Asep Masduki bertambah garang.

“Linmas jangan ikut-ikutan urusan saya! Kamu tidak tahu siapa si Asep Masduki ini. Kakek buyut si Asep Masduki ini orang Belanda. Nenek buyut si Asep Masduki hamil tanpa dikawini.”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline