Lihat ke Halaman Asli

Menelusuri “Maenpo” Aliran Aom Tur’at

Diperbarui: 24 Juni 2015   22:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menelusuri “Maenpo” Aliran Aom Tur’at

Pencak silat, khususnya di Tatar Sunda juga terkenal dengan istilah”Maenpo” akronim dari Maen anu tara mere tempo (permainan yang tidak memberi tempo kepada lawan). Tak heran, istilah tersebut berbanding lurus dengan jurus-jurusnya yang tidak memberi kesempatan kepada lawan untuk melakukan perlawanan.

Kini, pencak silat sudah tidak asing lagi bagi masyarakat. Sebab, selain olahraga ini telah banyak dipelajari untuk membela diri tetapi juga telah berkembang menjadi salahsatu cabang olahraga yang diperlombakan dalam berbagai even olahraga.

Tetapi, silat sebagai olahraga agak berbeda dengan silat buhun (tradisional). Bila dalam olahraga silat menggunakan aturan tidak boleh ini, tidak boleh itu. Dalam silat buhun, aturan tersebut tidak berlaku. Yang terpenting jurus yang digunakan bisa langsung mematikan lawan.

Sebab itulah, silat buhun ditolak dalam kejuaraan pencak silat khususnya sebagai cabang olahraga bela diri. Kecuali, jurus-jurus silat buhun tersebut dimodofikasi terlebih dahulu sehingga tidak mematikan lawan saat pertandingan.

Di tatar Galuh Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat terdapat cukup banyak aliran silat buhun. Salahsatunya yang cukup terkenal adalah aliran silat (Maenpo) Aom Tur’at. Sesuai dengan namanya, pencak silat ini dibawa oleh R. Aom Tur’at yang konon berasal dari Bandung.

Menurut sejumlah murid Aom Tur’at yang masih hidup. Aom Tur’at berkelana ke Tatar Galuh Ciamis untuk mengembangkan aliran pencak silatnya tahun 1935. Pertama kali dia menikah dengan gadis Cijantung Desa Dewasari Kecamatan Cijeungjing. Beberapa tahun kemudian istrinya meninggal. Tahun 1946 ia menikah lagi dengan seorang janda cantik dari Dusun Cikatomas Desa Handapherang masih Kecamatan Cijeungjing yang bernama Ny. Arsitem.

Menurut Hasbi Habiebie, Sekretaris Paguron Pencak Silat Sekar Kamulyan Dusun Cikatomas Desa Handapherang, Aom Tur’at berguru kepada 10 guru silat yang telah teruji kemahirannya. Sebelum Aom Tur’at berguru selalu saja calon gurunya tersebut diajak berkelahi untuk menguji kemampuan silatnya. Jika Aom Tur’at kalah baru dia berguru.

Paguron Sekar Kamulyan merupakan satu-satunya perguruan pencak silat aliran Aom Tur’at yang asli dan berada di tempat asal pengembangan silat buhun tersebut. Paguron itu dipimpin oleh Empud Saefudin (60) anak dari murid pertama Aom Tur’at yang bernama Ki Fakhrudin.

Dari murid-murid Aom Tur’at itulah diketahui sang pendekar maenpo tersebut mahir juga berbahasa Belanda dan selalu dekat dengan guru-guru ngaji. Aom Tur’at wafat pada jaman revolusi bertepatan dengan Agresi Militer Belanda ke II tahun 1949 dalam usia 71 tahun. Anehnya, banyak diceritakan Aom Tur’at wafat langsung lenyap (sunda: silem). Sehingga kuburannya pun tidak ada yang tahu di mana sebenarnya dia meninggal.

Jurus-jurus yang diajarkan oleh Aom Tur’at terdiri 30 gerakan Jurus, 11 gerakan Lapisan, 5 gerakan Pecahan, Kaedah (isi dari gerakan jurus) dan 5 Jurus Bedog. Jurus-jurus tersebut terdiri dari gerakan newak jeung miceun (menangkap dan membuang), gerakan neunggeul (memukul) dan gerakan ngalumpuhkeun (melumpuhkan lawan).

Ketiga gerakan dalam jurus-jurus Aom Tur’at memiliki makna filosofis yang sangat luhur. Gerakan menangkap dan membuang memiliki makna manusia harus mampu menangkap nafsu jahat yang datang kepada diri dan segera membuangnya. Namun, apabila nafsu itu terus berkobar maka harus dipatahkan dengan cara memukulnya (makna gerakan neunggeul) dan bila nafsu sudah terlanjur membahayakan maka harus dilumpuhkan (gerakan ngalumpuhkeun).

Kepada murid-muridnya, Aom Tur’at mengatakan ”Maepo gerak teh hiji keucap anu aya tilu rupa pihartoseunana, nyaeta usik, kareup jeung rasa” (pencak silat merupakan suatu kata yang memiliki tiga makna yakni gerak, kemauan/niat dan perasaan yang merupakan gerak batin. Gerak jurus (usik) itu terdiri dari 3 bagian: usik mimiti (permulaan gerak), usik tengah (pertengahan gerak), usik tungtung (penghujung gerak).

Dalam belajar usik (gerak jurus) harus memiliki tiga kontrol; kedah tiasa ngosongkeun emutan, sareung minuhan emutan (gembleng kana hiji hal). Maksudnya, kita harus mampu mengosongkan pikiran dan mengisi pikiran untuk fokus pada satu hal.

Kedah bedas, hartosna bedas nyaeta sanes tanaga namung manah kedah teguh, kedah tiasa merangan nafsu anu awon. Artinya, hati harus teguh dan harus mampu memerangi hawa nafsu yang jelek.

Kedah ikhlas, hartosna manah kedah suci margi kedah tiasa ningali batin salira ku anjeun, sareng kedah nyaksi ku manah kana kaagungan Gusti anu Maha Suci. Maksudnya, harus ikhlas dalam arti hati harus suci sebab harus bisa melihat diri dengan batin kita sendiri serta harus meyakini keagungan Alloh yang Maha Suci.

Tak banyak memang murid yang belajar gerak silat Aom Tur’at di Paguron Sekar Kamulyan. Tetapi, kini perhatian pemerintah desa sudah cukup terasa untuk pengembangan paguron tersebut. Meskipun perhatian secara materil dirasa masih kurang tetapi secara moril sudah terasa begitu besar.

Eksistensi aliran gerak silat Aom Tur’at juga tak lepas dari peran generasi muda yang ingin melestarikan seni budaya leluhur. Pada saat Ketua Karang Taruna Bina Remaja Desa Handapherang masih dijabat Dadan Apip Hamdan, S.Ag, aliran silat Aom Tur’at mulai menggeliat dan bisa mendapat perhatian pemerintah desa hingga saat ini.

Yang menarik dari maenpo aliran Aom Tur’at (silat buhun), salahsatunya berkelahi tanpa menggunakan pelindung (body protector). Dan, semua gerakan tidak boleh asal-asalan atau pura-pura tetapi harus dengan tenaga semaksimal mungkin. Makanya tak heran, bila lengah saat uji tanding maka bogem mentah bisa mendarat dan membuat memar atau berdarah-darah. Tapi, anehnya meski demikian tidak pernah ada dendam diantara para murid yang uji tanding saat latihan tersebut.

Uniknya lagi, latihan silat Aom Tur’at tidak pernah siang hari. Biasanya untuk latihan jurus dimulai pukul 21.00 WIB atau lebih. Selain itu, baju paguron Sekar Kamulyan pun cukup berbeda dari yang lain. Bila perguruan silat kebanyakan memakai baju warna hitam atau putih (kampret; Sunda) tetapi di Sekar Kamulyan sejak Aom Tur’at hidup warnanya hijau daun sehingga terlihat nge-jreng.

Sebagai silat buhun, aliran Aom Tur’at juga belum bisa masuk saat kejuaraan olahraga beladiri pencak silat karena jurus-jurusnya banyak yang membahayakan dan mematikan lawan. Saat ini, silat aliran Aom Tur’at hanya ditampilkan dari sisi seninya (ibing silat).

Meski aliran silatnya sudah berkembang hingga ke berbagai kecamatan di Kab Ciamis, tetapi sejarah Aom Tur’at seakan terpenggal. Sebab, masyarakat dan murid-murid Aom Tur’at hanya mengenal Aom Tur’at setelah bermukim di Kabupaten Ciamis tetapi riwayat semasa di Bandung tiada satu pun yang mengetahui.

Semoga saja, tulisan singkat ini bisa menjembatani riwayat Aom Tur’at di Ciamis dengan di daerah lainnya terutama di Bandung sebagai tempat yang konon merupakan tempat kelahiran sang legenda Aom Tur’at.  (FERI KARTONO)***




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline