Lihat ke Halaman Asli

Urgensi Kampanye “Harga Stabil”

Diperbarui: 18 Juni 2015   05:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Urgensi Kampanye “Harga Stabil”

Menjelang bulan suci Ramadhan hingga Hari Raya Idul Fitri tiba seharusnya tidak terjadi kenaikan harga. Apalagi sampai terjadi inflasi. Meskipun konsumsi masyarakat meningkat tetapi lonjakan tersebut senantiasa diimbangi peningkatan produksi barang. Sehingga angka konsumsi dan angka produksi berada pada posisi stabil.

Demikian juga angka impor barang pada Neraca perdagangan Indonesia yang selalu meningkat menjelang Ramadhan, kondisi ini menunjukkan secara terang benderang persiapan dunia usaha dalam meningkatkan suplai barang. Rencana distribusi barang pun telah dirancang jauh sebelum Ramdhan sehingga sangat kecil kemungkinan terjadinya ketidaklancaran dalam pelaksanaannya.

Secara teori sama sekali tidak ditemukan adanya hubungan kausalitas antara kenaikan harga (inflasi) dengan Ramadhan (Lebaran). Justru yang saat ini perlu diperhatikan akan berdampak terhadap inflasi adalah faktor eksternal seperti kondisi cuaca yang kurang mendukung (El Nino), yang dapat mempengaruhi produktivitas pertanian. Hal ini tentu secara khusus perlu diwaspadai mengingat apabila intensitas El Nino meningkat dari moderat menjadi kuat akan sangat berdampak pada komoditi beras.

Hal lain yang juga berpeluang menyebabkan terjadinya inflasi adalah bertambahnya cakupan rumah tangga yang akan terkena tarif tenaga listrik yang baru per Juli (1300 VA-5500 VA). Kemudian, adanya rencana perubahan tarif batas atas tarif angkutan udara yang akan diberlakukan setelah Lebaran dan rencana perubahan tarif kereta api ekonomi untuk jarak jauh dan menengah pada per September 2014, serta penyesuaian LPG 12 kg.

Kita tentu telah mafhum, inflasi merupakan suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya.

Bank Indonesia (BI) memiliki peranan penting dalam mengendalikan inflasi. BI yang merupakan bank sentral negara Indonesia senantiasa berusaha mengendalikan tingkat inflasi pada tingkat yang wajar. Demikian halnya menjelang Ramadhan (Lebaran) tahun ini, BI telah menetapkan beberapa kebijakan yang diharapkan ampuh untuk menstabilkan harga.

Adapun kebijakan yang diambil BI yaitu memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50% dalam rangka mengarahkan inflasi menuju ke sasaran 4,5±1% pada 2014 dan 4±1% pada 2015, serta menurunkan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat. Terkait pengendalian inflasi juga, Bank Indonesia bersama Pemerintah (TPI dan Pokjanas TPID) terus memperkuat koordinasi termasuk dengan Pemerintah Daerah (TPID) untuk mengantisipasi tekanan inflasi menjelang perayaan hari besar keagamaan Ramadhan-idulfitri, dan memitigasi risiko inflasi semester II-2014.

Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) dan Pokjanas TPID terus melakukan komunikasi yang intens terutama dalam mengelola ekspektasi inflasi menjelang hari besar keagamaan melalui 4K (ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi dan komunikasi) dan meminimalkan tekanan harga pangan yang mulai meningkat.

Menteri Dalam Negeri pun tidak ketinggalan. Pihaknya telah mengirimkan Surat Edaran yang ditujukan kepada seluruh Kepala Daerah untuk melakukan langkah-langkah yang diperlukan demi menjaga stabilitas harga pangan menjelang Ramadhan dan Idul Fitri 2014.

Upaya koordinasi pengendalian inflasi juga dilakukan di berbagai daerah, bahkan koordinasi tersebut dilakukan lintas daerah seperti Rapat koordinasi wilayah (Rakorwil TPID) provinsi DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat bulan Juni lalu. Pemantauan langsung ke lapangan untuk memastikan ketersediaan stok pangan, baik milik pemerintah maupun pelaku usaha (distributor).

Respon kebijakan BI lainnya adalah pemberian subsidi biaya distribusi beberapa komoditi (beras, gula pasir, minyak goreng, dan terigu) untuk didistribusikan ke seluruh kabupaten/kota di Jawa Timur. Melakukan kerja sama dengan produsen maupun distributor utama untuk menyelenggarakan kegiatan pasar murah. Memprioritaskan bahan makanan dalam proses bongkar muat di pelabuhan, maupun penggunaan jalur transportasi darat.

Mencermati Respon Kebijakan BI yang menyeluruh, kita bisa meyakini harga bisa stabil pada Ramadhan dan Lebaran. Dengan syarat, TPID yang ada di tiap-tiap daerah benar-benar bekerja sesuai tugasnya. Kemudian satu hal lagi yang tidak kalah penting adalah adanya sosialisasi sekaligus kampanye tentang “Harga Stabil”. Mengingat, jelang Lebaran tahun ini tidak ada celah yang bisa memicu kenaikan harga kecuali para pedang sendiri yang memiliki niatan tersendiri untuk menaikan harga barang.

Kenaikan harga pada Ramadhan dan jelang Lebaran beberapa tahun terakhir terus terjadi. Kebiasaan menahun inilah yang telah merasuki mindset berpikir para pelaku usaha eceran. Mereka secara kolektif menyimpulkan adanya “budaya harga naik” jelang Lebaran.

Budaya yang keliru tersebut tentunya perlu dirubah karena sama sekali tidak memiliki dasar dan bisa merugikan sebagian besar konsumen (masyarakat). Dalam hal ini sosialisasi sebagai upaya memasyarakatkan sesuatu sehingga menjadi dikenal, dipahami, dihayati oleh masyarakat dan kampanye sebagai gerakan (tindakan) serentak (untuk melawan, mengadakan aksi, dsb) harus dilaksanakan. Misalnya pemerintah menggulirkan “Kampanye Harga Stabil Jelang Lebaran”.

Tidak salah rasanya di pusat-pusat perbelanjaan, di toko-toko atau pun di pasar-pasar, TPI dan TPID memasang spanduk semisal “Lebaran Harga Stabil” atau “Harga Naik, Laporkan!”. Tidak ketinggalan pada spanduk tersebut dilengkapi nomor telepon pengaduan bagi masyarakat yang menemukan adanya kenaikan harga pada komoditas tertentu atau di lokasi mana telah terjadi kenaikan harga.

Dengan adanya respon kebijakan BI dan koordinasi pemerintah termasuk TPI dan TPID yang benar-benar melaksanakan tugasnya dengan tuntas disertai kampanye dan sosialisasi yang masif, saya yakin “budaya harga naik” jelang Lebaran lambat laun akan punah. Terakhir, saya mengapresiasi Bank Indonesia yang telah memulai melaksanakan sosialisasi Ramadhan (Lebaran) Harga Stabil dengan menggelar lomba menulis kerjasama dengan Kompasiana. Apapun bentuk dan medianya, sosialisasi ini mesti diteruskan dalam momen-momen hari besar nasional (keagamaan) lainnya.*




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline