Risalah Ilmu Tajwid mempunyai tiga akar kata yaitu Risalah, Ilmu, dan Tajwid. Risalah berarti sebuah karangan ringkas mengenai suatu masalah dalam suatu pengetahuan. Risalah Ilmu Tajwid ini merupakan sebuah karangan ringkas untuk bisa memahami hukum dan kaidah-kaidah dalam membaca Al Qur'an sesuai dengan metode yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.
Kitab Risalah Ilmu Tajwid ini disusun oleh musonif (pengarang) yaitu KH Muhammad Kholil dengan tiga jilid. Disesuaikan dengan jenjang santri yang belajar ilmu tajwid itu sendiri. Ada yang masuk ke kelas ula/mubtadi (pemula), wustho (pertengahan) dan Ulya ( tinggi). Kitab Risalah Ilmu Tajwid ini merupakan sebuah kitab yang didalamnya terdapat perpaduan kitab-kitab tajwid. Diantaranya, kitab tukhfatul Athfal, Hidayatul mustafid, Al jazariyah, dan Al qoulus sadid. Semua kitab ini termasuk kitab-kitab yang sesuai dengan metode kaidah Imam hafash.
Kitab tukhfatul Athfal menjadi kitab dasar yang dikaji bagi para pemula. Sebagaimana arti dari tukhfatul Athfal itu sendiri yang artinya "senandung anak-anak" itu menandakan bahwa kitab ini lebih identik dikaji oleh para pemula atau anak-anak yang baru mengkaji ilmu tajwid. Kitab tukhfatul Athfal itu sendiri, didalamnya berupa nadzom-nadzom sebagai kaidah pengenalan tajwid dasar. Semua bait yang ada didalamnya berjumlah 61 bait dengan kata-kata yang indah.
Ada kitab yang berbentuk muhadatsah (percakapan), isinya berupa tanya jawab mengenai lmu tajwid yaitu kitab Hidayatul Mustafid yang dikarang oleh Syekh Muhammad Al-Mahmud yang bermadzhab Hanafi. Beliau menyelesaikan kitab ini pada Hari Kamis, tanggal 24 Rabiul Awal, sekitar tahun 1316 H atau tahun 1898 M. Kitab ini termasuk kitab kecil, namun kitab ini masih eksis diajarkan hingga saat ini di berbagai pondok pesantren dan Madrasah Diniyah. Syekh Muhammad Al-Mahmud sendiri sengaja menyusun kitab ini dengan metode tanya jawab, tujuannya adalah untuk memudahkan santri dalam memahami isi dan ilmu di dalamnya.
Kitab lainnya yang dimasukan dalam kitab Risalah Ilmu Tajwid yaitu Al jazariyah. Pengarang kitab ini bernama Syamsuddn Abul Khair Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin 'Al bin Ysf Ad-Dimasyq, yang terkenal dengan nama Ibnul Jazari. Kitab Al jazariyah dikenal sebagai kitab tajwid sama seperti kitab tukhfatul Athfal karena didalam kitab ini berupa nadzom-nadzom supaya mudah dipahami oleh para santri-santriwati. Kitab Al jazariyah memiliki 109 bait yang terdapat didalamnya.
Kitab Al qoulus sadid menjadi kitab penyempurna dari Risalah Ilmu Tajwid. Kitab yang dikarang oleh Asy-Syaikh Ahmad Hijaziy Al-Faqih ini menjadi kitab terakhir yang dijadikan referensi dari kitab Risalah tersebut. Esensi dari kitab ini, menggambarkan keilmuan dari imam hafash yang riwayatnya merupakan bacaan yang paling populer dan paling banyak digunakan. Beliau ini menjadi imam meneruskan qiroat dari imam Ashim.
Bentuk hasil dari metode beliau ini, disusunnya kitab Risalah Ilmu Tajwid oleh KH. Muhammad Kholil di pondok pesantren Zumrotul Muttaqien. Dengan memadukan beberapa kitab tajwid ala Imam hafash diantaranya tukhfatul Athfal, Hidayatul mustafid, Al jazariyah, dan Al qoulus sadid. Supaya semua aspek metode imam hafash ini bisa dikaji secara menyeluruh. Kitab Risalah Ilmu Tajwid ini meliputi tiga jilid dengan bahasan yang berbeda.
Jilid pertama membahas mengenai taaroful Ilmi tajwid diawali dengan bab hukum nun mati dan tanwin sampai bab hukum membaca lam nya lafadz Allah. Bagian jilid satu ini dikhususkan bagi para santri ula/mubtadi (pemula) yang baru mengkaji ilmu tajwid. Jilid kedua terdapat dua bahasan pokok yaitu mengenai hukum pembagian idghom dan hukum mad (mad asli dan mad far'i). Puncak kitab Risalah Ilmu Tajwid terdapat didalam jilid ketiga. Didalamnya terdapat beberapa bahasan yang cukup rumit dalam mengkajinya yaitu mengenai makhorijul huruf dan sifatul huruf.
Secara spesifiknya, kitab Risalah Ilmu Tajwid ini merupakan kitab sistematis ilmu tajwid Karena terdapat bahasan-bahasan yang mencakup sesuai dengan jenjang santri yang sedang ia kaji. Oleh karena itu, kitab ini bisa disebut kitab murotib (sistematis). Terlebih kitab ini sangat bagus untuk dikaji di pesantren-pesantren bahkan di majlis ilmu berbasis Al Qur'an .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H