Lihat ke Halaman Asli

Golput Tidak Suci

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Beberapa kata yang sering muncul dan kepikiran di kepala saya adalah "Golput". Istilah ini sering kali muncul ketika pemilu. Golput (golongan Putih) distilahkan orang-orang yang memilih untuk tidak memilih dalam sebuah pemilu. Dalam beberapa kali pemilu di Indonesia ini, Golput menjadi pemenangnya. Nah, Ketika Golput menjadi pemenangya apakah membawa dampak positif bagi kehidupan politikan kita?

Bagi saya, Istilah Golput ini tidak tepat untuk mengistilahkan Golongan orang-orang yang tidak memilih dalam pemilu karena istilah putih lebih cederung dimaknai sebagai kesucian. Sehingga orang-orang yang memilih GOlput ini menganggap dirinya suci terbebas dari politik yang dianggap itu kotor. Nah, Masalahnya ketika Golongan ini menang dalam pemilu, selanjutnya yang memilih yaitu pemilih yang hanya meimlih karena mobilisasi uang, maka Golongan ini memberikan karpet merah kepada orang-orang yang curang, tidak baik, tidak berkualitas memasuki parlemen.

Golput terjadi terkdang bukan karena pilihan untuk tidak memilih tetapi juga karena situasi dan kondisi. Sebagai contoh, Pemilu 2014  ini dilaksanakan pada hari rabu, hari kerja, hari efektif walaupun libur nasional, tapi hari libur yang kecepit diantara hari efektif. Hal ini pastinya tidak menjadi hari yang efektif dalam memilih, kalau libur panjang, maka warga negara akan memilih liburan. Ya, Kita akan galau untuk memilih harinya. Sehingga, warga negara yang cerdas serta proaktif memang menjadi motor penggerak demokrasi.

Jadi, pilihan menjadi Golput bukan berarti anda itu suci tidak termasuk dalam kotornya politik. Tetapi, ditempat kotor itu warga negara harus cerdas memilih dan menentukan masa depannya. Ketika memang anda memiliki kesempatan untuk memilih, pilihlah dengan cerdas, Partai Politik yang benar-benar memihak kepada rakyat.

Bagaimana caranya pun kita harus bisa menekan angka Golput, bukan saja menjelang pemilu, tetapi sepanjang waktu . Pendidikan Kewarganegaraan jangan hanya dijalankan di sekolah saja, tetapi harusnya ada juga dimasyarakat. Sehingga akan terwujud warga negara yang cerdas dan baik, serta otonom tidak digerakan oleh faktor-faktor negatif dalam pemilu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline