Lihat ke Halaman Asli

Anak-anak Saja Bisa Melakukan Gerakan Lingkungan yang Masif & Mendunia

Diperbarui: 3 Februari 2016   14:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mereka adalah Melati & Isabel Wijsen, kakak-beradik yang benar-benar luar biasa. Mereka menginisiasi gerakan lingkungan anak-anak Bye-Bye Plastic Bags yang saat ini gaungnya telah mendunia.

Dan presentasi mereka pada program TED Talk di London benar-benar bikin merinding, ada rasa bangga, ada rasa haru melihat kedua anak ini menceritakan mimpi, misi, dan perjuangannya menjadikan Bali Bebas Sampah Plastik.

Ini video presentasi mereka pada TED Talk London "Bye-Bye Plastic Bags"

Bukan hal yang mudah tentunya, mulai dari melakukan pembinaan masyarakat, menyosialisasikan gerakannya, penggalangan dana, pelatihan hingga melakukan negosiasi dengan para pembuat kebijakan seperti memaksa Gubernur Bali untuk mau menandatangani kebijakan pelarangan penggunaan kantong plastik (ban plastic bags).

Meski mereka bersekolah di Green School, salah satu sekolah paling elit di Bali dan 100% berwawasan lingkungan. Namun dalam gerakan ini mereka merangkul anak-anak dari sekolah internasional lain, dari sekolah lokal, bahkan juga anak-anak Homeschooling seperti anak saya.

Kebetulan rumah kami dekat dengan desa yang menjadi pilot village mereka, jadi kami tau persis apa yang mereka lakukan dan tentunya kami pun ikut berpartisipasi. Dari membagikan kantong spunbond dan kantong kertas ke kios-kios, melakukan pendataan pengurangan kantong plastik, memuguti sampah plastik di jalan dan di pantai, dll.

Tentunya peran orang tua mereka tidak bisa dinafikan dalam men-support gerakan ini secara maksimal, terutama ibu mereka Elvira Wijsen seorang warga negara Belanda yang benar-benar mencintai Indonesia, hingga gerakan ini bisa memiliki gaung sebesar ini. Yang paling unik dari kedua kakak beradik ini adalah kemampuan public speaking yang luar biasa, di mana mereka bisa meneruskan kalimat satu sama lain.
Ini tidak hanya terjadi saat mereka presentasi, bahkan saat diskusi panel pun mereka bisa melakukannya.

Jangan ditanya support dari para pelaku bisnis di sini, terutama ekspatriate, sangat luar biasa. Bahkan setiap bulan mereka melakukan rapat di BEC, restoran sebuah klub berkuda elite di Bali, dan ini gratis. Kalopun kami lapar, kami hanya membayar 50 ribu dan pihak restauran akan memberikan kami pizza ukuran single. Minuman pun juga gratis pada acara ini. Yang lebih keren, dalam acara ini mereka seringkali mengundang aktivis lingkungan lainnya.

Selain gerakan lingkungan hidup, tahun lalu mereka juga melakukan gerakan kemanusiaan ke Nepal, dengan penggalangan dana dan tiga kali mengirim tim ke Nepal. Tim ini dipimpin oleh Pak Eko Riyanto, ayah dari kedua kakak-beradik ini. Sementara penggalangan dana mereka lakukan di Canggu Club, sebuah klub ekspatriate yang sangat besar di Bali.

Mengapa gerakan mereka bisa berkembang, salah satunya karena apa yang mereka lakukan hanya bersifat gerakan yang terorganisir, bukan sebuah organisasi lingkungan yang eksklusif. Sebagai sebuah gerakan, mereka merangkul dan mempersatukan, tidak mencoba bersaing dengan yang lain, termasuk juga merangkul para produsen tas daur ulang sampah plastik dan tas alternatif.

Selama ini mereka bekerja sama secara dekat dengan ECO Bali, mereka inilah yang menampung, menyortir dan mendaur-ulang sampah plastik yang kami kumpulkan di jalan dan di pantai. Sehingga arahnya jelas, kami tidak mengumpulkan sampah plastik untuk dibuang ke tempat lain. Padahal inilah masalah terbesar di dunia, bahkan ketika kita menganggap bahwa membuang sampah di tong sampah itu benar dan baik, kita tidak pernah tahu sampah kita berakhir di mana dan apakah tidak menimbulkan masalah lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline