Lihat ke Halaman Asli

Pelestarian Lingkungan Hidup yang Keblinger

Diperbarui: 14 Oktober 2015   15:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jujur, saya merasa ngeri, ketika melihat kenyataan bahwa lebih dari 80% hutan indonesia telah mengalami kerusakan.

Ditambah lagi saat ini sebagian wilayah Indonesia sedang ditutupi asap akibat pembakaran hutan dan terbakarnya lahan gambut kering. Korbannya bukan hanya hutan beserta ekosistemnya, namun juga penduduk yang tinggal dalam radius ribuan kilometer, bahkan hingga manca negara.

Akar permasalahan dari kondisi ini adalah para pengusaha yang tidak memiliki wawasan lingkungan bekerja sama dengan pemerintah yang korup, untuk mengeruk hasil bumi Indonesia sebesar-besarnya demi kemakmuran mereka dan kroninya.

Masih ingatkah, wawancara menteri kehutanan jaman SBY (Zulkifli Hasan) dengan Harrison Ford?

Dalam video tersebut juga ada gambaran kerusakan hutan di Taman Nasional Tesso Nilo. (Video dan terjemahannya pada bagian bawah tulisan saya ini).

Salah satu yang membuat saya kaget adalah kenyataan bahwa perusahaan milik pengusaha-pengusaha yang imagenya bersih seperti Sandiaga Uno yaitu PT Langgam Inti Hibrindo (anak usaha PT. Provident Agro Tbk) merupakan salah satu perusahaan yang melakukan pembakaran lahan dan hutan.

Terus terang tadinya saya sangat bersimpatik dengan Sandiaga Uno dan seringkali mengikuti kiat-kiat sukses beliau melalui You Tube. Sebagai pengusaha saya memang harus belajar dari pengusaha lainnya.

Tentu saja ini mengherankan, bukankan Sandiaga Uno adalah penerima penghargaan PROPER Level Emas dari KLH (Program Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup),  2 tahun berturut-turut pula.

Meski menurut saya pemberian penghargaan ini juga salah.

Hal ini dikarenakan perusahaannya PT Adaro Energy yang bergerak dibidang penambangan batu bara, menutup salah satu site tambangnya dan menanami kembali, inipun mereka lakukan setelah mendapat raport merah dari KLH.

Jadi setelah merusak alam, mengeruk hasilnya sebanyak-banyaknya, kemudian setelah hasilnya habis, ditutup dan ditanami kembali itu termasuk memperjuangkan terhadap lingkungan hidup.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline