Lihat ke Halaman Asli

Lahirnya Penjahat Kelamin

Diperbarui: 29 Februari 2020   22:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Berada pada dua garis⁣
Antara penyesalan dan pelampiasan⁣
Dimana Hawa menjadi objek merana⁣
Nestapa, tiada tara⁣


Lantang ku merobek Gua⁣
Henyap ku menusuk Bumi⁣
Tak ada yang tahu⁣
Bersembunyi dibalik senyum bertemu canda⁣


Tertinggal dalam sebuah kisah pembusukan hati⁣
Namun jauh disana, Lantang-ku masih tertatih⁣
Berlari, meninggalkan posisi yang sudah tiada arti⁣
Apa daya hati yang tak dapat diselami?⁣


Membekas seumur hidup⁣
Membuat semesta semakin redup⁣
Pilu merajai abadi⁣
Hanya Hawa penghibur diri⁣


Tak ada rotan akar pun jadi⁣
Tak ada kamu, dia pun jadi⁣
Tidak ada kasih tulus bak merpati⁣
Hanya bercinta pemuas diri⁣


Tiga pagi. Terjaga sebab penyesalan di hati⁣
Mengkhianati janji kepada diri sendiri⁣
Tapi ini nikmat bukan? Walau sementara⁣


Kecup manja kepada dia⁣
Dia yang bukan siapa-siapa⁣
Hubungan yang hanya sebatas ranjang⁣
Siapa sangka berlangsung panjang⁣


Kekasih dijaga setengah mati⁣
Tapi siapa sangka kalau wanita lain dihabisi⁣
Bercinta seperti akan mati⁣
Sambil berparau "rasanya seperti pertama kali"⁣


Pepatah bersua⁣
Penyesalan datang terakhir⁣
Sementara pelampiasan⁣

Datang dikala akal tak digunakan⁣
Kepahitan dan kenikmatan⁣
Berkunjung disaat yang bersamaan⁣


Pergumulan terus membuntuti⁣
Berlari mengejar diri hingga mati⁣
Tidak perduli...⁣
Ketika Hawa menangis menuntut cinta sejati⁣
Maaf, hubungan kita sebatas ranjang saja, sayang⁣

Kata Si Penjahat Kelamin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline