Lihat ke Halaman Asli

Ferdi Rosman Feizal

Penulis lepas

Miangas Surga Wisata Bahari di Ujung Indonesia

Diperbarui: 14 Januari 2016   23:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak ada yang lebih mengasyikan daripada berwisata Bahari di Pulau-pulau di Indonesia seperti di Kepulauan Wakatobi Sulawesi Tenggara atau di Kepulauan Raja Ampat Papua Barat, namun kesemuanya itu masih tidak terlalu menantang jika dibandingkan dengan wisata bahari di Kepulauan Nanusa, Kabupaten Talaud Provinsi Sulawesi Utara seperti di Pulau Miangas ! selain Pantainya yang masih bersih, Air Lautnya yang bening dan Gratis ! dengan keramahan masyarakatnya yang masih kuat memegang teguh adat-istiadat menjadikan Pulau Miangas tetap Indah sepanjang masa.

Bagi sebagian masyarakat Indonesia, nama Miangas mungkin masih terdengar asing karena memang letaknya yang jauh dari Pulau Sulawesi. Berada di Ujung Utara Provinsi Sulawesi Utara dan masih jauh terpisah dari Kepulauan Nanusa namun justru lebih dekat dengan Negara Tetangga, Philipina. Aksesnya pun lebih sulit dibandingkan ke Kepulauan Wakatobi atau Kepulauan Raja Ampat, namun jangan berkecil hati, akses ke Pulau Miangas selain dapat ditempuh dengan Kapal PELNI KM Sangiang dari Pelabuhan Bitung yang melayani rute ke Pulau Miangas 2 minggu sekali selama 1 hari 2 malam perjalanan, sekarang sudah di dukung oleh beberapa Kapal Perintis seperti KM Daraki Nusa, KM Meliku Nusa, KM Berkat Taloda dan KM Sabuk Nusantara yang perjalanannya lebih lama namun lebih menantang dan sangat mengasyikan karena Kapal-kapal Perintis ini singgah di Pulau-pulau kecil di Kawasan Sangihe, Sitaro dan Talaud untuk menurunkan dan menaikan penumpang dan barang sambil menikmati keindahan Gunung Api Karangetang di pelabuhan Hulu Siau termasuk melihat prosesi menaikkan kopra di Pelabuhan Rainis dibelahan timur Pulau Karakelang yang belum ada dermaganya, bolak-balik perahu pengangkut kopra menuju Kapal yang buang jangkar di tengah laut yang memakan waktu hingga berjam-jam bahkan seharian.

Jangan marah karena terhambatnya perjalanan ini, nikmati saja. Selama prosesi menaikkan kopra kita bisa ikut naik perahu kopra menuju pelabuhan untuk menikmati secangkir kopi disana hingga usai prosesi menaikkan puluhan ton kopra kedalam Palka, bahkan kita juga bisa melakukan perjalanan ke Ibukota Kecamatan Beo menggunakan Ojeg melintasi hutan Cengkeh yang pohonnya besar-besar menjulang tinggi ke angkasa, melintasi perkampungan transmigran untuk menikmati makan siang yang enak di pasar Beo setelah beberapa hari diisi makanan hasil masak koki Kapal, tentunya atas seijin Kapten Kapal. Beruntung di Pulau Miangas sedang dibangun Bandara perintis yang akan memudahkan akses ke Pulau yang terkenal dengan makam keramatnya sebagai satu-satunya sisa perjuangan masyarakat Miangas mempertahankan diri dari serangan suku Moro Philipina.

Tidak seperti Wisata Bahari di Pulau-pulau lain di Indonesia yang kedatangannya hanya disambut oleh pemilik resort saja. Jangan kaget, kedatangan wisatawan dengan Kapal Pelni maupun Kapal Perintis di Dermaga Pulau Miangas akan disambut oleh seluruh masyarakat Pulau Miangas, berbondong-bondong mereka berdatangan ke Dermaga, ada yang lenggang kangkung, ada yang memakai sepeda, motor, montrada-motor roda tiga, kaisarmotor dengan gerobak penumpang, mobil pikup dll untuk menyambut kedatangan sanak familynya yang tiba di Pulau Cross Border Area ini, termasuk menyambut kedatangan wisatawan yang baru menginjakkan kakinya disana, untuk mengangkut barang bawaan dan mengantarkannya ke tempat penginapan.

Kearifan Lokal : Tidak ada Pencuri Kelapa

Pulau Miangas sampai saat ini masih hijau, rimbun dengan hutan kelapanya yang merupakan mata pecaharian utama masyarakat disamping hasil lautnya. Rimbunnya hutan kelapa disana karena berlakunya adat yang kuat yang merupakan kearifan lokal untuk melestarikan alam disana. Tidak setiap hari masyarakat Kecamatan khusus Miangas ini boleh masuk sesuka hatinya ke hutan kelapa, ada hari-hari tertentu yang memperbolehkan masyarakat masuk ke hutan kelapa ini dan pada hari yang telah ditentukan oleh Ketua Adat Darat (Mangkubumi 2), semua pemilik lahan kelapa masuk ke hutan kelapa ini untuk mengambil kelapa-kelapa yang sudah tua termasuk kelapa-kelapa tua yang telah berjatuhan di tanah sakaligus membersihkan dan menanam tanaman lain. Kearifan lokal ini ditujukan untuk melestarikan pohon-pohon kelapa yang ada termasuk mencegah adanya pencuri kelapa yang mengambil kelapa yang berjatuhan di lahan milik orang lain. Hanya Kepala Dinas Navigasi Laut yang setiap hari diijinkan keluar masuk melewati hutan kelapa ini untuk mematikan dan menyalakan genset mercusuar karena letaknya memang berada di kaki bukit mercusuar yang harus melalui jalan setapak di kawasan hutan kelapa Miangas.

2 Jam Kelililing Pulau !

Berada di Pulau Miangas serasa berada di surganya wisata bahari, wisatawan dengan leluasa bisa bermain pasir-pasir putih di beberapa pantai, berenang dimana saja, kapan saja tanpa harus mengeluarkan uang sepeserpun ! Gratis ! Seakan-akan Pulau Miangas milik sendiri.

Tak hanya menikmati keindahan pasir putihnya dengan view Pulau Mindanao Philipina, wisatawan pun bahkan bisa berjalan kaki mengelilingi pulau, menyusuri pasir-pasir putih, batu-batu karang bahkan bukit-bukit karang dengan deburan ombaknya hanya dalam waktu 2 jam !. Itu bisa dilakukan kapan saja terkecuali pada daerah-daerah tertentu yang memang dilarang oleh masyarakat adat termasuk pesisir pantai di kawasan bandara Miangas.

Pantai Wolo daerah terlarang!

Pada waktu yang telah ditentukan di sebagian kecil pesisir pantai pulau miangas masyarakat menerapkan larangan memasuki kawasan Pantai Wolo.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline