Lihat ke Halaman Asli

Ferdi Rosman Feizal

Penulis lepas

Wujudkan Listrik Mandiri di NTT dengan PLTGS

Diperbarui: 15 Desember 2015   17:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Sumber Listrik So dekat !  Mungkin demikian istilah basodara di NTT khususnya di Kupang yang saat ini sedang dilanda krisis listrik akibat mesin PLTU Bolok meledak sampai-sampai Pihak PLN harus mendatangkan 2 Unit Genset 20 MW dari Jakarta dan Aceh untuk menanggulangi kekurangan daya apalagi menjelang perayaan natal dan tahun baru 2016.

Jaman sekarang adalah jaman energi terbarukan tapi kita jangan terlalu mabuk dengan istilah energi terbarukan seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Agin (PLTAng). Untuk membuat pembangkit listrik tenaga surya tidak semudah membalik telapak tangan,  biayanya masih mahal, sistemnya belum familiar oleh masyarakat perawatannya bagaimana belum lagi soal toko penjual, adakah toko yang menjual Solar Cell, Regulator, Kabel Aki, Skun dll disana ? dan berapa daya yang dihasilkan ?  apalagi terkait cuaca, bagaimana kalau musim hujan, musim badai dll. Sementara untuk membuat pembangkit listrik tenaga angin (PLTAng) yang memerlukan teknologi tinggi, ini lebih rumit lagi karena harus ditempatkan di tempat yang terbuka dimana angin selalu bertiup kencang.

Jurus jitu untuk mengatasi krisis listrik dengan cepat sekaligus mewujudkan Listrik Mandiri basodara di NTT khususnya di Kupang, RoteNdao, Alor cukup menginstalasi alternator yang lebih dikenal di bengkel dengan istilah dynamo ampere yang dirangkai menggunakan sepeda atau dengan istilah PLTGS (Pembangkit Listrik Tenaga Genjot Sepeda) yang pernah penulis buat tahun 2005 silam untuk kebutuhan Fasilitas Telekomunikasi Perbatasan Negara di Pulau Miangas Sulawesi Utara menggunakan sepeda tandem sumbangan Kepala Dinas Niaga Telkom Manado Livingstone Butar-butar yang didukung penuh Pangdam VII/Wirabuana saat itu Mayjend TNI Arief Budi Sampurno.

Saat ini penulis kembali merangkai PLTGS dari barang-barang bekas yang ada termasuk sepeda 'japan' bekas yang dibeli di pasar loak Pekalongan seharga Rp.70.000,- dengan harapan PLTGS ini bisa menjadi sumber energi baru terbarukan yang tahan cuaca, tidak peduli mendung, tidak peduli hujan, badai dan tidak pula peduli tiada angin, bisa ditempatkan dimana-mana, setiap orang bisa ikut mencharge akinya dalam waktu singkat hanya dengan tenaga genjotan sepeda dan energy yang dihasilkan cukup banyak tergantung dari type alternator yang digunakan bisa 45 Ampere, bahkan 70 Ampere dalam waktu 1 jam yang telah dibuktikan oleh Gustinov Brilliant Aji Putra Warga Bantul yang bisa mengaliri listrik satu desa dengan sepeda pembangkit listriknya.

Pertamina : “Gerakan Indonesia Mengayuh”

“Indonesia Mengayuh” istilah yang mungkin tepat untuk kemandirian energi baru terbarukan yang tahan terhadap segala cuaca yang selanjutnya perlu dibuat prototype yang sederhana untuk memudahkan seluruh warga Negara Kesatuan Republik Indonesia ini merangkainya. Menuju Kemandirian Energi Untuk Indonesia Mendunia, PT.PERTAMINA sebagai salah satu perusahaan energy nasional melalui program CSRnya mungkin bisa memelopori Gerakan Indonesia Mengayuh dengan mengirimkan 1.000 Unit PLTGS @45 Ampere ke daerah-daerah terpencil, daerah tertinggal dan pedalaman yang belum mendapat pasokan listrik PLN yang akan menghasilkan energy sebanyak 45 AH x 1.000 = 45.000 AH atau setara dengan 45.000 AH x 12 Volt = 540 KWH hanya dalam waktu 1 Jam !

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline