Dalam beberapa bulan belakangan berita tentang Rio Haryanto sedang marak diperbincangkan. Mulai dari keberhasilannya di ajang balap GP2 hingga kesempatannya untuk ikut berkompetisi di ajang balap terbesar di dunia. Pemberitaan juga tidak lepas dari bagaimana Rio Haryanto berjuang untuk mencari dukungan sponsor mulai dari swasta hingga pemerintah. Jumlah bantuan yang dibutuhkan tidak sedikit menjadi pro kontra bagi berbagai kalangan.
Uang yang dibutuhkan Rio untuk dapat mengikuti ajang balapan terbesar di dunia setidaknya adalah 15 juta euro, sekitar 225 milyar. Jelas dengan susah payah Rio Haryanto dan tim managemennya kesana kemari minta bantuan hingga akhirnya di tangan Menpora Imam Nahrawi didapatkanlah sebagian uang dari Pertamina. Memang jumlahnya tidak sampai 15 juta euro namun setidaknya dapat menjadi uang jaminan bukti keseriusan Indonesia dalam mendukung usaha Rio Haryanto. Memang masih kurang jumlah uangnya, namun jaminan dari Pemerintah melalui Menpora telah meyakinkan Manor Racing Team untuk memberi Rio Haryanto kesempatan.
Terlepas dari segala usaha dan uang yang dikeluarkan oleh Rio Haryanto dan pemerintah sendiri, ada hal lain yang dapat memberikan keuntungan bagi Indonesia untuk kedepannya. Janganlah kita berhitung-hitung uang 225 milyar bisa buat beli nasi bungkus untuk makan 1 kota. Boleh juga untuk memberi beasiswa puluhan ribu anak untuk sekolah. Semua itu benar namun Rio memberi lebih dari 100 juta anak Indonesia harapan.
Harapan akan kesempatan yang memang ada untuk siapapun. Kita semua tahu jika ajang balapan baik mobil atau motor hanyalah milik sekumpulan orang yang memiliki kantong tebal. Namun demikian, yang perlu digarisbawahi adalah Rio Haryanto mendapat kesempatan untuk berkompetisi di F1 karena prestasinya di GP2. Dukungan finansial dan koneksi dari lingkungan keluarganya yang notabene adalah pembalap memang perlu namun jika Rio tidak berprestasi, mana bisa dia dilirik oleh Manor Racing Team. Prestasi sendiri hanya bisa didapatkan dari mimpi, passion dan kerja keras.
Bukan hanya Rio saja anak Indonesia yang mendapat kesempatan berkompetisi di ajang bergengsi. Evan Dimas jugga sedang berlatih di Espanyol, salah satu tim La Liga. Daud Yordan sedang mencicipi kerasnya kompetisi tinju dunia. Para pebulutangkis kita yang memang dari dulu sering menjadi juara dunia. Meskipun prestasi bulutangkis sedang menurun namun tetap saja Indonesia masih ditakuti di ajang ini. Joey Alexander yang masuk nominasi dan ikut berpartisipasi di ajang musik terbesar dunia yaitu Grammy Awards. Masih banyak lagi anak ajaib yang sedang berjuang untuk dirinya dan untuk Indonesia.
Mereka semua telah memberi semangat dan motivasi untuk anak-anak Indonesia lainnya untuk selalu berjuang menjadi yang terbaik. Menjadi profesional di bidang yang digeluti. Berlatih dan kerja keras tidak akan membohongi hasilnya. Kesempatan juga ada untuk Indonesia. Untuk itu bersiaplah anak Indonesia, kesempatan akan selalu ada dan diambil oleh orang-orang yang siap. Orang-orang yang bekerja siang malam dan mencurahkan segala tenaga dan otakknya untuk passionnya. Ada satu quote yang dapat menggambarkan Rio Haryanto dan anak-anak Indonesia lainnya, “Things start out as hopes and end up as habits.”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H