Maskapai Garuda Indonesia selama ini dikenal sebagai maskapai nomor satu di Indonesia, baik dari segi pelayanan maupun fasilitasnya dibandingkan dengan maskapai-maskapai lain. Namun yang saya alami justru sebaliknya. Tanggal 19 September 2014 saya berencana melakukan perjalanan dengan tujuan Jakarta dari Palangkaraya menggunakan maskapai Garuda Indonesia.
Saya melakukan booking tiket dan pembayarannya 2 minggu sebelum keberangkatan saya. Saya menggunakan pesawat Garuda Indonesia nomor penerbangan GA 553 dari Palangkaraya tujuan Jakarta. Di lembaran tiket tertera boarding hour pada pukul 17.30 dengan latest check in pukul 17.00. Sesuai dengan kebiasaan naik pesawat penumpang diharapkan untuk check in paling lambat 30 menit sebelum keberangkatan seperti yang tertera di tiket.
Pagi pukul 09.17 tanggal 19 September 2014 saya menerima telepon (no telepon 0536-3223573) dari pihak Garuda Indonesia yang menanyakan kepastian flight saya pada hari tersebut. Dalam sambungan telepon tersebut saya juga MEMASTIKAN bahwa saya akan flight hari ini ( 19 September 2014 – seperti yang tertera pada tiket saya ).
Pukul 16.00, satu setengah jam sebelum keberangkatan saya tiba di Bandar Udara Tjilik Riwut Palangkaraya untuk melakukan check ini di counter Garuda. Tiket dan KTP saya serahkan untuk melakukan check kepada petugas. Setengah jam saya berdiri di depan counter check in. Petugas check in meminta saya untuk menunggu, namun raut muka mereka menunjukkan ekspresi kebingungan. Saya menanyakan apakah ada masalah, mereka tetap meminta saya menunggu. Perasaan saya, ada yang tidak beres dengan proses check in ini. Benar dugaan saya tiket saya tidak bisa digunakan untuk penerbangan hari ini.
Pihak Garuda menemui saya untuk melakukan penjelasan (Station Manager Garuda). Overbooked adalah alasan konyol yang saya terima. Satu hal yang sangat aneh mengingat saya sudah melakukan booking dan pembayaran jauh-jauh hari sebelum keberangkatan. Bagaimana sebuah sistem canggih milik maskapai penerbangan nomor satu yang baru saja mendapatkan penghargaan bisa mengalami overbooked. Setahu saya sistem pemesanan tiket menggunakan kode booking untuk melakukan mengidentifikasi penumpang yang akan melakukan perjalanan. Nama dan nomer telepon lengkap tertera jelas di tiket yang sudah dibeli.
Bagaimana bisa saya yang sudah jauh-jauh hari melakukan pemesanan dan pembayaran bisa kehilangan seat tanpa alasan yang jelas, sedangkan pada saat pemesanan dan pembayaran otomatis data penumpang sudah tercantum jelas di tiket. Jika begini caranya sebagai penumpang saya merasa tidak mendapatkan kepastian setelah membeli tiket Garuda. Bisa saja tiket dan seat yang sudah dipesan tiba-tiba ajaib hilang begitu saja. Sungguh hal yang aneh bin ajaib.
Pihak Garuda tetap kukuh pada pendiriannya bahwa sistemlah yang bermasalah, namun saya tidak yakin dengan alasan tersebut. Saya merasa kok ada pihak yang memaksakan kehendak kepada pihak Garuda untuk menyediakan seat secara mendadak. Pejabat mungkin?? Who knows, mengingat Garuda merupakan perusahaan plat merah. Mungkin saja yang diutamakan adalah mereka-mereka yang juga memakai plat merah. Kalau begini caranya, berarti Garuda sudah melakukan diskriminasi penumpang. Semoga asumsi saya ini tidak benar.
Memang pihak Garuda memberikan penggantian berupa penerbangan kelas bisnis di hari berikutnya (20 September 2014) dan penginapan hotel bintang 3, namun bukan hal tersebut yang diinginkan. Waktu yang terbuang untuk melakukan bisnis ataupun bertemu dengan keluarga menjadi hal utama yang tidak bisa digantikan dengan apapun. Apakah pihak Garuda sadar akan hal tesebut? Semoga saja iya.
Saya jadi berpikir ulang untuk melakukan perjalanan selanjutnya menggunakan maskapai Garuda ini. Saya tidak yakin apakah dengan membeli tiket dan melakukan check in saya sudah dipastikan mendapatkan seat. Jadinya malah seperti membeli kucing dalam karung. Mendingan menggunakan maskapai lain yang terkenal delay-nya tapi pasti berangkat daripada menggunakan maskapai kelas wahid namun bisa diserobot seenaknya seperti ini. Sayang sekali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H