Lihat ke Halaman Asli

Ferdinand Lamak

Orang Lembata

Mahalnya BBM di Lembata

Diperbarui: 28 Maret 2018   21:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Selamat malam Bapak Presiden RI, Ir. Joko Widodo,....

Saya menulis ini lantaran semua katup nyaris tersumbat sementara hari-hari ini, sejak hari-hari kemarin, masyarakat di kabupaten Lembata sedang berada dalam kondisi yang sulit dan kebingungan. Kesulitan yang sangat lantaran, pilihan untuk mendapatkan bahan bakar minyak (BBM) bensin dan solar di kabupaten ini bak buah simalakama. 

Jika ingin beli bensin dengan harga resmi, harus antri sejak jam 3 subuh untuk mendapatkan giliran pada jam-jam 09.00 - 10.00 pagi, itu pun dengan jumlah bensin yang dibatasi. Yang pasti, tangki tidak boleh diisi penuh.  Nah, kalau tidak mau membuang waktu berjam-jam dengan mengantri, maka bensin bisa diperoleh di pengecer yang menjualnya dengan harga sangat mahal, satu liter dijual seharga Rp100.000 bahkan lebih. Bayangkan pak....

Mereka juga bingung lantaran bagaimana mungkin Lembata yang masih berada di wilayah Republik Indonesia, rakyatnya merasakan begitu sulitnya mendapatkan BBM. Padahal antrian berkilo-kilometer setiap hari terpanjang dengan vulgar di media sosial, namun tak ada perubahan sejauh ini, setidaknya sudah lebih dari 2 bulan ini. 

Bingung, apakah para pengambil kebijakan di tingkat lokal tidak pernah tahu kondisi ini? Padahal, saban hari antrian mengular di depan satu-satunya SPBU di kabupaten ini, sangat mengganggu para pejabat daerah yang melintas hendak ke kantor bupati yang letaknya tidak jauh dari SPBU itu berada.

Bapak Presiden yang terhormat,

Ironis memang, di tengah upaya bapak membereskan berbagai persoalan fundamental perekonomian rakyat dengan membangun begitu banyaknya ruas jalan, membangun waduk, menerbitkan sertifikat lahan, namun di Lembata, sebuah kabupaten yang tersohor dengan desa nelayan Lamalera itu harus mengalami kesulitan BBM. Ini dalam kondisi normal lho pak, perekonomian bangsa ini baik-baik saja, pasokan bahan bakar dan cadangan BBM negara juga sedang baik-baik saja. Nalar sebagian rekan dan kerabat saya di Lembata agak sulit menerima anomali ini.

Persoalan BBM ini hanyalah satu dari berbagai persoalan yang terjadi di Lembata saat ini. Kalau pun tidak ada persoalan BBM, masyarakat di Lembata sehari-hari bergulat dengan sejuta masalah, mulai dari listrik, air minum hingga yang paling menyedihkan adalah persoalan jalan yang pada sejumlah bagian masih tampak seperti kubangan kerbau di tengah sawah.

Pak Joko Widodo yang saya kagumi,

Lembata hanyalah satu dari jutaan persoalan yang bapak geluti sebagai pemimpin kami. Apalagi seperti apa wajah Lembata pun barangkali bapak hanya bisa mengaksesnya melalui media. Sekalipun, tanah Lembata belum pernah dijejaki kaki bapak, setidaknya melalui tulisan ini bapak dapat memberikan perhatian khusus tentang persoalan ini. 

Beberapa hari lagi umat Katolik di Kabupaten Lembata yang jumlahnya sekira 70% hingga 80% itu akan merayakan Paskah. Bak orang Jakarta, aktifitas menjelang hari raya di Lembata pung meningkat. Roda perekonomian pun seharusnya bergulir cepat pada musim begini. Tetapi, bagi orang di sana, tahun ini saat Paskah tiba pun mungkin masyarakat masih mengantri di depan SPBU.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline