Lihat ke Halaman Asli

Sejara Desa Compang Ndhes

Diperbarui: 29 Oktober 2021   18:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Desa Compang Ndhes adalah salah satu desa di Kecamatan Wae Rii, yang terletak 12  Kilometer dari Kota Kecamatan. Sampai saat ini sejarah kelahiran Desa Compang Ndhes belum bisa diketahui secara pasti karena tidak adanya bukti-bukti tertulis yang menerangkan tentang asal usul atau sejarah dari Desa Compang Ndhes, akan tetapi berdasarkan cerita dari para tetua, saya  mencoba merangkum Sejarah Desa Compang Ndhes dari informasi dan keterangan-keterangan yang saya  dapatkan.

Desa Compang Ndhes adalah termasuk salah satu desa Induk, hal ini dapat dibuktikan dengan ditemukannya banyak keturunan dari desa compang ndhes yaitu  wau wajang berada di berbagai wilaya di kabupaten mangarai salah satu contonya adalah Desa Ndhes di katakana demikian karena sebagain besar masyarakat desa ndhes adalah keturunan dari wajang ( wau wajang ). 

Tetapi lahirnya nama Desa Compang Ndhes berawal dari cerita bahwa dahulu kala nenek moyang compang ndhes berasal dari wajang desa ranggi kecamatan wae rii, nama Beliau adalah Coel dan istrinya Codo mondong , 

Selama hidup beliau di wajang  hanya mempunyai seorang  anak  yang bernama Lompeng (Ema  Lompeng), karean ada perselisian  dalam keluarga terpaksa Ema lompeng meningalkan keluarga di wajang  menuju Golo piang yang letaknya di Desa Wudi kecamatan Cibal memili untuk menetap di golo piang dan selama beliau berada di golo piang beliau menikahi seorang gadis asal ciba bernama Indang dan memiliki lima keturunan atau lima  bersaudara dan  semua Anaknnya keturunanya  laki-laki,karena situasi pada saat itu tidak aman maka orang tua mereka memerintahkan lima  putra beliau untuk berpencar dan menyebar ke segala penjuru,  yaitu , Ema Pangka, Menuju Ndhes, Ema Paka Menuju Lada, Ema Ronbe menuju Maki Lidang, Ema Sitar menetap di golo piang dan Ema Nombe mrnuju wetok

Salah seorang dari empat  bersaudara tersebut adalah Ema Pangka merupakan anak pertama yang berangkat menuju Ndhes di kecamatan Wae Rii. 

Di bekali senjata sebagai pelindung diri yaitu korung , dengan  dua  ekor babi untuk di pelihara dan di jadikan makanan ketika peliharaanya suda berkembang biak , sampai di  Ndhes beliau menemukan seorang gadis dan di jadikan istrinya yang belum tau keturunanya,  hasil perkawiana mereka lahirlah seorang anak yang bernama Ema Rait, dan Ema Cacang dan Dari berdua saudara salah satunya dari mereka menetap di Timung yaitu Lopo Rait.  

Sedangkan lopo Cancang  menetap Di Ndhes Dan  keturunan Cancang tiga bersaudara yaitu Ema  Dahang, Ema Kongkar, Ema Taang , dari tiga bersaudara masing memiliki keturuana yaitu Ema Dahang lima bersaudara yaitu Ema Pangga, Eman Kokong Ema Paka, Ema Ndarap, dan Ema Rampas sedangkan Ema Taang keturunanya Ema Taka, Ema Sangal, Ema Jogor, ema Haku, Ema Paka   karna keturunan sudah banyak maka di buat suatu perkumpulan adat istiadat dengan berdirinya rumah adat sebagai symbol persatuan dan kesatuan masyarakat  serta di buat tempat upacara bagi masyarakat pada sat itu, yang di bangun di tengah kampung, dan di tandai dengan adanya penanam pohon beringin dan batu caper sebagai tempat upacara yang di namakan compang. Berdasar bentuknya compang tempatnya  di Ndhes maka terbentuklah namanya Compang Ndhes , sehingga sampai sekarang desa bernama Compang Ndhes.

Karena keturunan Cancang pada sat itu memiliki kekuasa tertinggi sehingga danpak terhadap masyarakat   tidak bisa mengawinkan perempuan di keturunan lain atau ambil istri di keturunana lainya, karena kalau hal ini terjadi maka keturunan kita tidak  bertambah berdasarkan itu  maka di  bentukalan Anak Rona Cako yang artinya pernikahan saudara yaitu diberian gadis kepada saudara Anak pertama di keturunan 20 oleh saudara bungsu melalui hubungan cinta yang telah direstui atau disetujui dan di sepakati. dan itu tidak ada unsure paksa dari pihak lain. sehingga keturunan compang ndhes atau Wau  wajang memiliki anak rona dan anak wina. 

Sedangkan Wau kilor waktu itu kedudukanya sebagai Anak Rona, karena keturunan mereka tidak memiliki seorang gadis, Maka tidak terjadi pernikahan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline