Lihat ke Halaman Asli

Orang Cerdas Tak Terprovokasi Hoax

Diperbarui: 19 Januari 2017   11:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: thereicare.blogspot.com

Hoax selalu menjadi trending topic di berbagai media massa maupun media sosial belakangan ini, karena disebut-sebut sebagai salah satu alat pemecah persatuan baik antar bangsa maupun antar umat beragama di Indonesia.

Kabar hoax seakan marak dan menjamur di seantaro masyarakat Indonesia. Hasilnya masyakarat semakin dibuat ambigu dan kebingungan bagaimana cara mengidentifikasi berita yang sebenarnya atau bukan hoax.

Pesatnya perkembangan alat komunikasi membuat publik semakin mudah memperoleh berbagai informasi dan berita sebanyak-banyak hanya dalam genggaman tangan. Akan tetapi, dibalik kemudahan yang luar biasa tersebut banyak beredar informasi palsu (hoax) ikut tersebar dan diyakini oleh sejumlah kalangan sebagai suatu kebenaran. Keyakinan terhadap kabar palsu tersebut menyebar seperti kobaran api kebakaran.

Alur penyebaran kabar Hoax lewat internet

Seperti dikutip dari Antara, Dewan Pers Yosep “Stanley” Adi Prasetyo memberikan kriteria bagaimana suatu berita hoax dapat menyebar. Pertama, berita yang dibuat demi kepentingan tertentu lalu disebarluaskan dengan tujuan dan maksud tertentu pula. Salah satu tujuan hoax sangat mungkin disebarkan secara sengaja oleh pihak yang tidak bertanggung jawab ialah motif ekonomi.

Kedua, adanya berita yang dibuat oleh media yang tak profesional atau bahkan wartawan yang tidak berkompeten dalam melakukan verifikasi berita, sehingga menciptakan suatu berita tanpa verifikasi (hoax).

Ketiga, beritanya salah dan berasal dari sumber yang tidak kredibilitas. Celakanya berita tersebut bersumer dari orang lain lalu disebarkan demi kepentingan tertentu.

Akan tetapi, kabar hoax tak hanya hasil produksi dari media abal-abal, terkadang juga dimanfaatkan oleh media arus utama untuk mengejar viewer (pengunjung). Contoh yang dapat diambil yaitu, kasus Iron Man dari Bali.

Hampir semua media memberitakan tentang kepiawan seorang yang dapat membuat tangan robotic dengan mencangkok saraf motoriknya. Namun, tak ada   satupun bukti ilmiah yang dapat membuktikan pernyataan tersebut. Bersamaan itu, wartawan-wartawan dan media dengan cepat menyebarluaskan berita itu tanpa melakukan verifikasi ke sumber relevan. Jika hal ini terus terjadi, masyarakat tentu orang yang dirugikan. Masyarakat kebingunan bila tak ada informasi yang dapat dipercaya.

Alasan hoax gampang menyebar?

Dahulu, sebelum setiap orang dengan mudahnya menyebarkan hoax di media massa dan media sosial, penyebaran hoax dari banyak mulut ke banyak telinga, seperti halnya desas-desus soal sumur-sumur yang diracun oleh Belanda menyebar di kampung-kampung Surabaya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline