Lihat ke Halaman Asli

Ferdian Dwi Saputra

Mahasiswa S1 Pariwisata UGM

Angkringan Istimewa di Balik Sudut Kecil Tamansari Yogyakarta

Diperbarui: 13 September 2024   14:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Pribadi. Momen Berkeliling Tamansari Heritage

Taman Sari Yogyakarta merupakan situs iconic wisata sejarah di bumi Yogyakarta. Situs ini berlokasi sekitar 300 meter sebelah barat Keraton Yogyakarta, tepatnya di Jalan Tamanan, Pateham, Keraton,Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Menurut sejarah, Taman Sari Yogyakarta dibangun pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono 1 (1758). Konon katanya situs ini dibangun di atas puing-puing Pesanggrahan Garjitawati (bekas keraton lama). Bermula dari perpecahan Mataram menjadi Kesultanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta, melalui Perjanjian Giyanti, bangunan arsitektural portugis-jawa ini mulai dibangun. Saat ini, Tamansari dikenal sebagai wisata heritage dengan beberapa situs instagramable dan kental akan sejarah seperti Gapura Panggung, Gedong Sekawan, Umbul Pasiraman, Sumur Gumuling, Pulo Kenanga, dan lainnya. Namun, siapa sangka, disamping daya tarik utamanya sebagai wisata sejarah. Taman Sari Yogyakarta juga menyimpan daya tarik wisata kuliner yang unik.

Pada (02/09/2024) saya bersama 2 rekan saya berkesempatan mengunjungi situs Tamansari dan berkeliling di kompleks Tamansari Heritage. Suasana yang terik dan ramai menyelimuti perjalanan kami pada saat itu. Tidak dapat dipungkiri, sebagai salah satu situs populer tujuan wisata Yogyakarta, Taman Sari ramai dikunjungi wisatawan domestik maupun mancanegara. Tercatat melalui Vistingjogja Taman Sari dikunjungi 10.000 wisatawan tiap bulannya, angka ini terus meningkat ketika high season. Mengunjungi destinasi ini pada saat peak season adalah solusi bagi kalian yang ingin merasakan berkeliling Tamansari dengan suasana yang lebih santai. Di sana, selain berkesempatan untuk menelusuri objek- objek heritage Tamansari, kita juga akan dimanjakan dengan kuliner dan budaya batik khas Tamansari. Salah satunya yang paling bikin kita puas dan ketagihan adalah Angkringan Lik Iwon. Tempat ini terletak tepat setelah kita keluar dari Gedong Sekawan menuju Sumur Gumuling. Berada di sebelah kiri dari arah menuju Sumur Gumuling, kita akan diperlihatkan dengan gerobak angkringandan berbagai pajangan batik lukis dengan berbagai motif khas Tamansari dan batik kreasi lainnya.

Berkunjung ke Angkringan Lik Iwon akan sangat tepat ketika kita telah selesai berkeliling di kawasan utama Taman Sari menuju ke Sumur Gumuling dan Pulo Kenanga, Angkringan Lik Iwon menjadi rest area yang akan membuat pengalaman kita berkunjung ke Taman Sari semakin berkesan. Hanya bermodalkan tiket masuk Taman Sari sebesar 15 ribu rupiah, kita dapat menikmati sajian jamu istimewa khas Lik Iwon. Harga sunduk an (kata yang seringkali digunakan untuk menyebut berbagai makanan yang disajikan dengan tusuk bambu) di Angkringan Lik Iwon juga terbilang relatif murah, mulai dari Rp2.500 kita sudah bisa menikmati jajanan angkringan di tengah perjalanan berkeliling Tamansari Yogyakarta. Tidak hanya sampai di situ, ada menu istimewa yang wajib kita coba ketika mengunjungi tempat ini, yaitu jamu. Di sini, kita dapat menemukan berbagai varian dari jamu lokal seperti kunir asem dan beras kencur. Hanya bermodalkan Rp7.000 kita sudah bisa menikmati jamu tradisional ini dengan suasana damai dan tenang diiringi gemercik suara air mancur Lik Iwon.

Sumber: Istimewa/Angkringan Lik Iwon

“Sudah puluhan tahun kalau jualan jamu nya Mas, sudah turunan dari kakek nenek”, Ungkap Lik Iwon.

Nampaknya, jamu tradisional yang dijual di Angkringan Lik Iwon merupakan peninggalan dari keluarga Lik Iwon dan saat ini terus dikembangkan. Salah satu keunikan mengemas dan memasarkan jamu Lik Iwon adalah dengan studio batik lukis yang tepat berada di belakang gerobak Angkringan Lik Iwon. Di studio ini, terpapang dengan sangat rapih dan menawan berbagai batik lukis yang dibuat oleh berbagai murid Lik Iwon dari berbagai kalangan. Bahkan, inisiasi batik Lik Iwon juga menjadi salah satu wujud pemberdayaan masyarakat melalui pembelajaran batik lukis. Ketika kita bertemu dengan Lik Iwon secara langsung, kita dapat mendengar berbagai cerita inspiratif bagaimana batik mampu menjadi upaya meningkatkan kapasitas masyarakat. Di sini, kita juga dapat belajar bagaimana cara membuat batik lukis dan diajarkan secara langsung oleh Lik Iwon. Berbagai batik yang telah dibuat akan dipajang di studio ini dan ditawarkan kepada wisatawan yang berkunjung di Angkringan Lik Iwon.

“Ada banyak yang belajar batik di sini, mulai dari kalangan masyarakat lokal, mahasiswa, dari UGM juga ada..biasanya hasil buatan mereka secara sukarela ditampilkan di studio ini dan dijual ke wisatawan yang berkunjung”

Sebuah tempat inspiratif dan memorable bagi kita yang ingin mendapatkan pengalaman lebih mengunjungi kawasan Taman Sari Heritage. Belajar membuat batik tulis sambil menikmati jamu tradisional, atau sekadar ingin mendapatkan suasana damai dan tenang, Angkringan Lik Iwon menjadi sebuah pilihan yang cocok bagi semua kalangan. Angkringan Lik Iwon seringkali juga digunakan sebagai media berkumpulnya kawan-kawan lama Lik Iwon atau teman-teman mahasiswa yang ingin bercerita dengan Lik Iwon. Tidak jarang, banyak orang yang kemudian melakukan ­re-visit (kunjungan kembali) ke tempat ini hanya untuk bertemu dan bercengkrama bersama Lik Iwon.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline