Economic Bubble. Ya Economic Bubble. Kondisi dimana (saya tidak menguraikan dengan kata-kata ilmiah) suatu benda dibuat popular oleh pasar dan harga-harganya sangat tergantung oleh hukum permintaan dan penawaran, dibuat perlahan tapi pasti merangkak naik sampai akhirnya menjadi gelembung-gelembung harga yang tinggi kemudian pasar tidak sanggup lagi menahan harga dan pada akhirnya gelembung itu pecah sehingga tibalah benda tersebut pada titik harga terrendah. Seingat saya ada dua fenomena ini. Lohan dan anturium. Kedua jenis barang tersebut pada mulanya tidak diminati, karena ada monopoli pasar, promosi dan ulah spekulan maka harga-harganya menjadi semakin tinggi hingga mencapai miliaran rupiah. Yang diuntungkan adalah penjual yang berrada di tangga awal dan puncak harga, yang dirugikan adalah pembeli yang berrada di puncak harga. Dalam sekejap karena tidak kuatnya pasar menahan harga yang irasional, harga barang-barang tadi terjun bebas ke titik terrendah.
Bagaimana dengan fenomena batu (akik, mulia/alam)? Begini, ayah saya merupakan kolektor atau pemain lama dalam hal perbatuan mulia. Dari hasil diskusi dengan beliau dapat saya simpulkan beberapa hal seperti berikut: Ada perbedaan cukup besar antara batu akik dan batu mulia. Batu akik adalah batu hasil olahan alam dengan tingkat kekerasan yang tidak begitu tinggi dan harganya tidak terlalu tinggi karena tersedia dalam jumlah yang sangat banyak. Contoh : Panca warna, Nilam, phirus, bungbulang, jenis batu garut dan lainnya. Sedangkan batu mulia adalah batu hasil olahan alam selama waktu yang sangat lama dari ratusan bahkan jutaan tahun dengan tingkat kekerasan yang sangat tinggi dan harganya juga tinggi karena tersedia dalam jumlah yang terbatas. Contoh : Ruby, Sapphire, permata, intan, zamrud (emerald) dan lainnya.
Batu akik inilah yang jadi fenomena demam batu di Indonesia. Awalnya tidak dilirik, harganya murah tetapi sekarang karena pemberitaan dan ulah spekulan di pasar harga-harganya menjadi tinggi, dan ada semacam latah berjamaah bahkan karena bermotif (entah sengaja di mirip-miripkan) sesuatu harganya bisa mencapai miliaran. Berbeda dengan batu mulia. Disebut mulia karena nilai instrinsik dan kelangkaannya yang tinggi. Dari awal harganya sudah sangat tinggi dan sampai kapanpun tetap tinggi. Pernah disinggung ilmuwan islam Ibnu Khaldun dalam buku terkenalnya yaitu “Mukaddimah” bahwa logam/batu mulia merupakan nilai tukar yang adil, nilainya berlaku sepanjang zaman. Artinya tingkat inflasi bagi logam dan batu mulia adalah mendekati bahkan sama dengan nol.
Saya bukan penikmat atau pengguna batu akik atau mulia. Tapi Alhamdulillah ayah saya mewariskan beberapa kepada saya. Jadi kalau melihat saya memakai cincin batu sapphire atau ruby jangan dianggap demam batu akik ya? Hehehe. Anda sendiri bagaimana?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H