Lihat ke Halaman Asli

Fera Nur Amalia

Mahasiswa Magister Agribisnis. DPPS Universitas Muhammadiyah Malang

Akuaponik Sebagai Solusi Pertanian Masa Depan

Diperbarui: 27 November 2021   04:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Indonesia adalah salah satu negara agraris terbesar di dunia, dimana sebagian besar pendapatan masyarakatnya berasal dari pertanian. Lahan pertanian merupakan lahan yang strategis dan berperan penting dalam perekonomian nasioanal dan kelangsungan hidup masyarakat. Terutama dalam penyedian lapangan pekerjaan dan penyedian pangan dalam negeri.  Namun dewasa ini, lahan pertanian terus mengalami penurunan. Dimana setiap tahun lahan pertanian berkurang sebanyak 100.000 ha dikarena alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian seperti pemukiman, kawasan industri dll.  Hal ini telah berlangsung sejak tahun 90-an. Penurunan lahan pertanian tentu memberikan dampak buruk terhadap masyarakat terutama petani, pendapatan mereka akan mengalami penurunan  dan secara tidak langsung akan menghilangkan mata pencaharian mereka.

Penurunan lahan pertanian juga akan berpengaruh terhadap ketersediaan pangan di Indonesia. Pangan menjadi salah satu komoditi yang sangat penting bagi masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan pokoknya. Maka dari itu perlu adanya terobosan yang dapat meningkatkan produksi dari pangan tanpa memerlukan  lahan yang luas. Salah satu solusi yang dapat diterapkan untuk membudidayakan tanaman pangan dilahan yang sempit adalah akuaponik. Akuaponik adalah terobosan pertanian yang merupakan perpaduan antara akuakultur (budidaya ikan) dan budidaya tanaman secara hidroponik dalam satu tempat. Akuaponik ini sedang tren dalam beberapa tahun terakhir,hal ini berhubungan erat dengan kesadaran masyarakat terhadap urban farming.

Prinsip dasar dari akuaponik adalah dapat dilakukan pada waktu yang sama dengan cara memanfaatkan limbah kotoran ikan dan sisa makanan ikan sebagai sumber nutrisi untuk tanaman yang dibudidayakan. Hasil sayuran dari sistem akuaponik terbukti lebih bersih, sehat, dan prosesnya tidak menggunakan bahan kimia. Sementara itu, ikan yang dihasilkan 3x jauh lebih berat bobotnya dibandingkan dengan budidaya ikan konvensional. Akuaponik dalam pengelolaannya juga tidak memerlukan banyak tenaga kerja.

 luasan lahan 1000 m2 dapat dikelola hanya oleh tiga orang dan tidak memerlukan keahlian khsusus, yang dimana hasilnya dapat memberi makan untuk 250 orang. Media tanam seluas 30 m x 30 m bisa menghasilkan 80.000 sayuran dan 10.400kg  ikan. Sementara itu, media tanam dengan luasan sebesar 7.3 m x 14 m mampu meproduksi 8.600 sayuran dan 524 kg ikan. Dengan banyaknya hasil yang diperoleh dari pertanian akuaponik ini, tentu akan menjadi pendorong dalam swasembada pangan dan peningkatan kesejahteraan petani (Mark Sungkar, 2015)

 Keunggulan lain dari akuaponik dibandingkan pertanian konvensioanal adalah pertama, bisa diaplikasikan pada lahan yang sempit maupun yang luas atau industri pertanian. Kedua, padat tebar ikan dan tanaman cukup tinggi. Ketiga, lebih efisien dalam penggunaan sumber daya air dan listrik. Keempat, tanaman tidak memerlukan asupan nutrisi kimia. Kelima, limbah yang dihasilkan dalam sistem akuaponik sangat sedikit dan ramah lingkungan. Keenam, kandungan gizi sayurannya lebih optimal, kaya rasa dan lebih segar.  

Rumah tangga yang berada di perkotaan dengan luas lahan yang lebih sempit, bisa menjadikan akuaponik sebagai solusi dalam bercocok tanam untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarganya. Akuaponik dapat ditempatkan di halaman rumah yang sempit yang dalam pemasangannya tergolong lebih praktis. Mark sungkar adalah salah satu orang sudah sukses dengan akuaponiknya. Berbagai penelitian mengenai pengembangan akuaponik sudah dilakukan oleh mark sungkar. Mulai dari uji coba menanam bawang merah,  bawang putih, kemangi, kedelai,stroberi, padi, jagung, sorgum, hingga pembibitan bibit tanaman kayu jabon. Dimana pertumbuhannya jauh lebih cepat dibandingkan dengan pertanian konvensional.  

Maka dari itu pengembangan akuaponik perlu dikembangkan lebih luas lagi tentunya dengan dukungan dari pemerintah sebagai pembuat kebijakan. Sehingga produksi pangan dan kesejahteraan petani dapat meningkat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline