Lihat ke Halaman Asli

Fera Andriani Djakfar

Ibu rumah tangga, Dosen, Guru madrasah, Penulis Buku: Dari Luapan Sungai Nil, Surat Dari Alexandria, Kejutan Buat Malaikat, Arus Atap dan Cinta, Serial Addun dan Addin, Islam Lokal: Fenomena Ngabula di PEsantren Madura

Stop Membanding-bandingkan Pasangan dengan Orang Lain!

Diperbarui: 3 Juli 2021   12:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kebosanan. Gambar diunduh dari cosmopolitanfm.com

Ketika baru berumah tangga, seolah si dia adalah puncak segala kesempurnaan. Nyaris tanpa cela. Seiring berjalannya waktu, satu persatu sifat dan sikap asli tidak lagi bisa ditutup-tutupi. 

Gelombang cinta naik-turun, kebosanan pun kadang menyapa. Salah satu tandanya adalah ketika pasangan orang lain tampak lebih baik dari pasangannya sendiri, sehingga mengikis pesona yang dulu menjadi pendorong utama membina bahtera. 

Situasi berikut ini adalah nyata, hasil dari pasang mata dan telinga.

Dialog antara Nyonya A dan Nyonya B:
"Sis, bahagia banget ya kamu punya suami tegas begitu. Laki banget, deh." Kata Nyonya A. "Suamiku terlalu kalem, malah aku yang sering membuat keputusan."
"Bahagia apaan... tersiksa, tau. Kayak hidup di asrama tentara," komentar Nyonya B. "Malah aku tuh pingin kayak kamu, punya suami kalem begitu."

Di tempat lain, beginilah dialog antara Tuan C dan Tuan D.
"Seneng banget ya punya istri ibu rumah tangga sepertimu," ujar Tuan C. "Berangkat kerja sudah ada yang nyiapin semua, datang pun sudah ada yang menyambut."
"Seneng apanya? Bosen melihat dia begitu-begitu aja di rumah," komentar Tuan D. "Sampai-sampai aku minta dia punya kegiatan di luar agar dia lebih fresh dan berwawasan luas seperti istri teman-teman yang berkerja."

Di lokasi lain, antara Bu E dan Bu F.
"Senengnya ya Jeng, lihat suaminya rajin begitu. Gak kayak suami saya, maunya malas-malasan terus di rumah. Kalau gak ngajak ngobrol, ya maunya tiduran aja sambil mantengin HP," komentar Bu E.
"Oalah Jeng, seneng apanya. Saya sampai capek sendiri lihat dia mondar mandir ngerjakan ini-itu. Pingin rasanya lihat suami istirahat, tiduran, ngobrol bareng yang santai gitu," Ujar Bu F.


els.co.ed

Berikut adalah dialog antara Pak G dan Pak H.

"Bahagianya punya istri ngerti agama kayak istrimu," Kata Pak G. "Bisa nasehatin kita dan  mengingatkan pada kebaikan."
"Bahagia apanya? Sebagai suami aku merasa tersinggung oleh kata-katanya yang sok alim itu," tukas Pak H. "Mending punya istri yang biasa aja, sehingga kita bisa berfungsi sebagai imam yang baik, kitanya yang banyak nasehatin."

Di sebuah kota, inilah dialog antara Mbak I dan Mbak J.
"Bahagianya punya suami yang lucu kayak suami Mbak J.  Pastinya hati terhibur, suasana menyenangkan dan tidak menegangkan." Kata Mbak 

"Beda banget sama suami saya, bawaannya serius melulu."
"Duh, ya mending kayak suami Mbak I. Daripada kayak suami saya itu, gak ada wibawanya sama sekali. Saya pernah malu sama tingkahnya yang suka tampil konyol di depan umum." Tukas Mbak J.

Beragam situasi seperti di atas sering kita temukan di manapun. Dengan mudahnya orang-orang saling membandingkan pasangan. Sekilas itu tampaknya biasa saja, seperti percikan api yang kecil saja. Namun, jangan sampai meremehkan gejala seperti di atas, karena percikan api kecil pun bisa berakibat fatal jika bertemu bahan yang mudah terbakar ataupun meledak.
Bagaimana agar kehidupan rumah tangga selamat dari hal tersebut?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline