Lihat ke Halaman Asli

Fera Andriani Djakfar

Ibu rumah tangga, Dosen, Guru madrasah, Penulis Buku: Dari Luapan Sungai Nil, Surat Dari Alexandria, Kejutan Buat Malaikat, Arus Atap dan Cinta, Serial Addun dan Addin, Islam Lokal: Fenomena Ngabula di PEsantren Madura

Auman Si Garong dan Kicau Netizen

Diperbarui: 3 Juli 2021   20:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kucing Oren

"Auu... auuu...!" Suara itu terdengar lagi.

"Tuh, dengar gak? Itu auman si Garong," ujar Mojes.

"Auman gimana? Dimana-mana yang namanya kucing ya mengeong, bukan mengaum!" Protes Anjas.

"Yang Ini beda, Njas. Ini lihat, aku punya rekaman videonya," Mojes menunjukkan layar gawainya pada Anjas. Kawannya pun mulai menaruh perhatian pada kucing yang Mojes panggil dengan nama Garong. Di layar itu tampak seekor kucing ras kampung berwarna coklat muda sedang mengeong, tetapi suara yang keluar lebih mirip auman. Persis seperti yang mereka dengar saat ini.

"Sudah berapa lama si Garong itu di kampung kita?" Anjas mulai menaruh perhatian. Beberapa hari yang lalu sepertinya dia pernah mendengar suara itu, tetapi dia menyangka itu efek suara dari film horor yang ditontonnya.

"Kurang lebih sebulanan ini. For your information, nih. Sejak si Garong datang, kucing-kucing jantan lainnya pada minggat...!" Ucap Mojes berapi-api, mengalahkan cuaca panas siang itu.

"Widiiih, kasar banget pakai kata minggat!" komentar Cuplus yang mulai kembali ke alam nyata. Sejak tadi dia asyik mabar dengan gawainya. Mereka bertiga memang berada di tempat yang sama, tetapi tidak benar-benar bersama.  Di gazebo milik Mojes itu mereka lebih sering berkutat dengan gawai masing-masing. Anjas di sela-sela jadwal kuliah daringnya adalah penyuka film, Mojes terobsesi menjadi selebgram, dan Cuplus kecanduan game online. 

Mereka bersahabat sejak TK dan tumbuh bersama di lingkungan perumahan pinggiran kota itu. Dulu mereka bertiga melakukan berbagai keseruan layaknya remaja laki-laki seperti mendaki gunung, berenang, dan petualangan lainnya. Namun, sejak pandemi keseruan mereka pun berubah ke dunia maya. Hal itu karena orang tua mereka sepakat tidak membolehkan anak-anak mereka keluar dari perumahan itu kecuali untuk keperluan darurat, demi menghindari penularan wabah. Rumah Mojes yang paling sering dijadikan markas, karena ukurannya lebih luas dari rumah-rumah lainnya. Orang tua Mojes membeli beberapa kaveling tanah yang disatukan, sehingga bisa membangun rumah yang besar dan halaman luas. Sementara rumah-rumah lainnya di perumahan itu berderet-deret rapat dan sempit.

"Beneran, deh. Coba lihat di sekitar kita. Apa ada kucing jantan lainnya?" Mojes meyakinkan dua temannya.

"Ya aku mana tahu sebelum ini ada kucing jantan atau nggak," komentar Anjas yang juga disetujui Cuplus.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline