Hai! Penulis kembali review buku nih. Kali ini penulis mau review buku yang bertemakan filsafat. Pasti sebelum melihat isinya, semua orang pada amatin covernya dulu kan? Nah, buku bersampul gambar filsuf masa yunani bersama dua orang yang bergaya masa kini ini cukup menggambarkan isi buku ini.
Sesuai dengan keterangan di subjudul pada gambar, buku ini memperkenalkan filsafat yunani romawi kuno yang disesuaikan dengan kondisi masa kini. Buku ini termasuk ke dalam kategori buku pengembangan diri yang sesuai dibaca oleh rentang usia remaja hingga lansia. Buku berjudul Filosofi Teras ini sangat menarik loh! Para generasi milenial jangan lupa baca yaa!
Henry Manampiring selaku penulis buku ini melalui kata pengantar berharap agar filosofi teras atau stoicism bisa dipahami secara sederhana dan diimplementasikan oleh para pembaca nih. Buku yang diterbitkan tahun 2019 ini terdiri dari 12 bab yang mengupas tuntas filosofi stoa melalui gambaran kehidupan sehari-hari.
Di awal bab buku ini, kita diajak untuk mengetahui betapa rasa cemas dan khawatir yang melingkupi kehidupan kita sehari-hari sebenarnya bisa diatasi melalui filosofi stoa yang sudah ada sejak beribu-ribu tahun yang lalu. Untuk meyakinkan pembaca, bahkan penulis menambahkan data survei khawatir nasional sebagai informasi tambahan.
Filosofi yang pertama kali disampaikan oleh Epictetus ini merupakan filosofi yang realistis, tidak semata-mata hanya memberikan motivasi tanpa aksi yang nyata di kehidupan sehari-hari.
Dari keseluruhan isinya, bagian yang paling rekat di ingatan penulis yakni dikotomi kendali dimana terdapat sesuatu yang bisa kita kendalikan (internal) dan sesuatu yang tidak bisa dikendalikan (eksternal). Hal ini dapat mempengaruhi kita untuk berpikir dan bertindak dalam setiap aktivitas kita.
Some things are up to us, some things are not up to us"
-Epictetus (Enrichdion)
Selain itu, terdapat berbagai pencerahan yang dibagikan oleh Henry Manampiring dalam buku ini dari gambaran aktivitas kita sehari-hari, bagaimana mengendalikan emosi diri, stres, dan kecemasan yang terjadi, hingga menjadi orang tua dengan menyesuaikan gaya parenting sesuai filosofi stoa, memperkuat mental dengan memberikan pencerahan bagaimana menghadapi manusia yang menyebalkan, musibah, dan hidup selaras dengan alam menggunakan nalar/rasio serta membahas kematian yang pasti akan mendatangi setiap manusia yang bernyawa.
Filosofi stoa juga mengedepankan nalar/rasio dalam setiap kejadian yang menimpa kita. Menyadarkan penulis bahwa sebuah peristiwa sejatinya adalah hal netral, tetapi value judgment kita yang mempengaruhi peristiwa itu menjadi baik atau buruk sehingga sejatinya semua yang terjadi dalam hidup manusia berkaitan dengan nalar/rasio yang digunakan untuk menyikapi setiap peristiwa yang kita hadapi.
Buku ini juga memberikan tips yang mudah diingat yakni S-T-A-R. Langkah-langkah yang harus dilakukan ketika mengalami emosi negatif diawali dengan Stop (berhenti) - Think (Berpikir) - Assess (Menilai) - Respond (Merasionalkan diri). Penulis gak akan jelasin panjang lebar ya, bisa dibaca ke buku Filosofi Teras langsung. Tulisan ini tidak akan bisa mewakili semua isi dari buku Filosofi Teras, tetapi seenggaknya memberi gambaran yang cukup untuk menunjukkan se-menarik itu buku ini. Wajib dibaca dan recommended untuk memberikan kita pencerahan bahwa hidup yang jauh dari rasa cemas, khawatir, dan emosi negatif lainnya adalah tujuan dari adanya filosofi ini. Menjadikan kedamaian timbul dari diri kita sendiri dan gak bergantung dengan hal-hal eksternal yang tidak bisa kita kendalikan.
Jangan lupa literasi dan baca bukunya ya! Mari menjadi prokopton dan mengimplementasikan apa yang sudah didapat dari buku Filosofi Teras!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H