[caption id="attachment_188971" align="alignnone" width="576" caption="Suasana dalam pesawat Cathay Pasific dari Juanda menuju Hong Kong, September 2011"][/caption] Sebelumnya, saya ingin menyampaikan rasa duka yang mendalam untuk semua korban pesawat Sukhoi Superjet (SS) 100. Semoga arwahnya diterima disisi-Nya dan mendapatkan tempat yang layak.
Berhubung rumah saya jauh dari Juanda, pukul 1 dini hari saya sudah berangkat dan tiba di bandara Juanda pukul 05.30. Setelah chek in, saya memilih untuk menunggu di luar, ngobrol dengan orang tua yang kebetulan mengantar saya.
“Pukul 07.30 harus masuk ruang tunggu ya, mbak.” Pesan petugas yang saya mintai ijin. Pukul 6 pagi, hape saya sudah berbunyi, panggilan dari seseorang yang 3 hari sebelumnya saya pamiti di bandara Polonia Medan Pukul 07.20, saya pamit ke orang tua saya untuk berangkat kembali ke HK, tak lupa cium dan peluk plus tetesan air mata (emaakkk, kangeenn) melepas kepergian saya.
Saya lalu masuk kembali menuju ke lantai atas untuk antri ke Imigrasi. Setelah beres, saya jalan ke ruang tunggu yang di sana kebetulan belum banyak yang masuk, masih ada bangku kosong. Langsung saya memilih bangku yang agak pojok. Baru saja duduk, hape saya bunyi lagi. Panggilang dari someone masuk. Menjelang menit-menit akhir memasuki pesawat, untuk yang kesekian kalinya saya mendapat pesan “jangan lupa, hapenya dimatiin kalau masuk pesawat, hun.” “Iya” Jawab saya sambil mewek (yah namanya juga baru ketemu terus pisah, gak sedih gimana coba, #curhat). Hape saya kebetulan ada 2 dan dua-duanya Nokia. Hape yang satu terus aktif selama di Indonesia sedang satunya hanya saya isi simcard tapi tidak pernah saya pakai untuk bertelepon.
Begitu saya mendapat kursi tempat duduk, hape bunyi lagi dan masih dari orang yang sama. Duhh, ini kayaknya gak rela saya terbang lagi ke Hong Kong.
“Hapenya sudah dimatiin, hun?” Masih pertanyaan yang sama.
“Belum, la ini kan masih bisa ditelpon.” Jawab saya dengan senyum terpaksa (habis nangis suruh senyum susah)
“Oh iya, ya. Ya sudah, setelah ditutup trus matiin ya hapenya.” Pesannya lagi.
“Iya hun.” Jawab saya.
Telpon ditutup lalu hape pun saya matikan dan memasukkannya ke dalam tas. Tak lupa, tas saya masukkan ke bagasi atas kursi. Pramugari keliling untuk mengecek nomor kursi dan tiket masing-masing penumpang. Tiba giliran saya, pramugari pun bertanya,
“Mbak, salah kursi, nomornya ini 37G tapi kursi ini 39G.” katanya.