[caption id="attachment_187058" align="alignnone" width="576" caption="ratugombal.com"][/caption]
Ena (sama samaran), umurnya 30 tahun, punya anak satu umur 9 tahun. Seorang single parent karena suaminya meninggal saat dia sedang mengandung anaknya umur 2 bulan. Saat anaknya umur 2 tahun, Ena memilih untuk berangkat ke Hong Kong menjadi salah satu Buruh Migran dari Indonesia (BMI) untuk mencari tambahan pemasukan bagi keluarganya, kususnya untuk anaknya yang semakin hari semakin besar.
Ena hanya dua bersaudara dan sebenarnya keluarganya bisa dibilang cukup tanpa Ena bekerja jauh-jauh ke Hong Kong. “Mencari pengalaman dan bekal buat masa depan akudan anakku.” Katanya saat saya masih awal-awal kenal dengan dia.
Ena bukanlah perempuan yang gampang kena rayuan gombal laki-laki. Meskipun tak sedikit yang mencoba mendekatinya, namun Ena masih bisa mengendalikan perasaannya untuk tetap hati-hati agar tidak terjerumus karena cinta yang diobral oleh kaum adam. Semenjak ditinggal pergi suaminya, Ena memilih untuk fokus bekerja dan menghabiskan hari liburnya di Gereja.
Tahun kemarin Ena bercerita kalau sedang dekat dengan seorang laki-laki yang dia kenal lewat Facebook. Meskipun sebenarnya Ena malas untuk menanggapi setiap pesan yang masuk ke Facebooknya, namun ternyata lama-lama Ena tertarik juga.
“Cinta karena terbiasa” mungkin ini kalimat yang sedikit pas untuk menggambarkan bagaimana Ena bisa membalas rasa yang diberikan oleh si lelaki, sebut saja namanya Anto. Hampir setiap hari mereka berkomunikasi melalui situs jejaring Facebook di sela-sela pekerjaan, Ena di Hong Kong sedang Anto di Jakarta.
Anto memberitahu Ena tentang identitasnya. Lahir di Sumatra Utara dan besar di Jakarta. Tahun lahir dia 1976 dan semua foto dengan jelas terpampang di Facebook. Pun juga dengan Ena, dengan jujur dia menjelaskan ke Anto kalau dia sudah punya anak satu umur 9 tahun, berasal dari salah satu kota di Jawa Timur.
Komunikasi intens terus mereka lakukan setiap hari. Telpon dan SMS sesekali dan Anto juga telah berkenalan dengan anak Ena melalui Facebook.
“Pengen banget aku ketemu anakmu, aku sayang dia meski belum bertemu.” Ucap Anto suatu ketika. Orang tua Ena pun sudah tahu hubungan anaknya dengan Anto karena Ena termasuk orang yang terbuka dengan apapun yang dia alami selama di perantauan, termasuk urusan asmara.
Awal hubungan, Anto begitu manis, bicaranya pun sangat halus dan itu membuat Ena benar-benar yakin kalau Anto adalah lelaki baik-baik. Bahkan Anto pernah berkata kalau sampai Ena memutuskan hubungan mereka, Anto akan bunuh diri. Dari sini Ena yakin kalau Anto benar-benar menyayanginya.
Tepatnya bulan Februari, saat Anto dirawat di Rumah Sakit untuk menjalani operasi kecil, salah satu kakak Anto mengambil gambar saat Anto terbaring di ranjang lalu gambar tersebut dikirim ke Ena. Sebuah identitas tertempel jelas di ranjang yang bertuliskan kalau tahun lahir Anto adalah 1967 dan bukan 1976 seperti yang Anto katakan sebelumnya.
Tentu saja Ena kaget. Bukan soal tahun yang ternyata jauh lebih tua dari yang pernah Anto katakan, namun satu kebohongan telah Anto lakukan dengan jelas dan itu membuat Ena sangat marah. Setelah kejadian itu, Ena berusaha untuk bertanya baik-baik dengan Anto, namun jawaban Anto sangat berbelit-belit dan setelah tersudut akhirnya mengaku juga kalau dia benar kelahiran tahun 1967 dan bukan 1976.
Sampai di sini Ena masih cukup sabar, namun ternyata sikap Anto berubah menjadi arogan dan kata-kata kasar mulai keluar dari mulutnya tiap kali mereka berkomunikasi via chatting. Tak jarang juga Anto tiba-tiba memaki teman Facebook Ena yang ikut berkomentar saat Ena membuat status. Karena sudah jengah, Ena memilih untuk mendiamkan Anto. Telpon, SMS dan inbok tak pernah Ena jawab.
Anto lari ke kakaknya Ena yang kebetulan juga berteman di Facebook. Anto menyuruh kakaknya Ena untuk menasehati adiknya untuk tidak macam-macam dan hati-hati berteman dengan siapapun karena ada orang yang ingin menghancurkan hubungan mereka.
Intinya, Anto mengeluarkan semua kata-kata baiknya untuk merayu kakaknya Ena agar mau kembali sama Anto, namun kakak Ena memilih untuk menyerahkan semua keputusan ini ke Ena. Kakak Ena pun tidak percaya dengan semua yang Anto katakan tentang adiknya.
“Aku kenal adikku dari lahir, sedang kamu? aku hanya kenal lewat Facebook dan kita belum pernah bertatap muka sekali pun. Jelas aku lebih percaya adikku dari padakamu.” Jawab kakak Ena dengan tegas.
Akhirnya, Ena memilih untuk mem-blokir nama Anto dari Facebook-nya. Ena tidak mau kata-kata kasar Anto terus mengaliri wall Facebooknya. Meskipun ada rasa kecewa, namun Ena memilih hal ini.
Jatuh cinta di Facebook tidak ada yang melarang karena cinta sendiri datangnya tidak mengenal tempat di mana dan akan jatuh ke siapa.
Dalam kasus Ena dan Anto mungkin bukan yang pertama kali terjadi. Banyak yang sudah punya anak dan istri namun ngakunya masih single lalu tebar pesona di dunia maya untuk mengaet lawan jenis agar jatuh cinta lalu sama-sama terlena oleh bius cinta dan akhirnya hubungan maya pun terjalin dengan manisnya.
Tetap kedepankan logika, ini yang sering saya katakana ke teman yang sedang jatuh cinta dunia maya karena apapun bisa terjadi. Tidak ada salahnya mencari pasangan di dunia maya, seperti Facebook dan situs jejaring social lainnya, numun harus tetap hati-hati dan waspada.
Cinta maya itu cintanya maya tapi sakitnya nyata. Tidak bisa dipungkiri, meski pun hanya jatuh cinta di dunia maya dan belum pernah bertemu dengan orangnya sekalipun, perasaan tetap bermain di sana. Saat patah hati, rasa sakit pasti akan tetap ada.
Lucu memang, bagaimana kadang ada yang sampai mau bunuh diri saat hubungannya berakhir padahal masih sebatas di dunia maya, dunia virtual yang semuanya masih abu-abu. Dan ini pernah diucapkan oleh Anto ke Ena karena saking terobsesinya Anto inging memiliki Ena.
Semoga Ena mendapatkan cinta terbaik nantinya. Entah berawal dari dunia virtual kembali atau langsung bertemu dengan orangnya. Yang jelas, sedikit cerita cinta yang dia alami ini pasti membuatnya tambah dewasa dan hati-hati saat menerima rayuan dari lelaki.
Hati-hati dan selalu waspada saat bermain di dunia maya. Ingat! Cinta maya itu, cintanya maya namun sakitnya nyata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H