[caption id="attachment_185734" align="aligncenter" width="576" caption="Lee Chuk Yan dari Hong Kong Confederation of Trade Unions (HKCTU) yang juga menjadi politisi Hong berorasi sebelum masa bergerak menuju Central"][/caption]
Setiap tanggal 1 Mei, hampir di seluruh Negara belahan dunia memperingati hari buruh atau biasa disebut dengan “May Day.” Tak terkecuali di Hong Kong, sebuah kota kecil yang menjadi bagian dari Negara Republik China ini. Sejak pagi mulai para buruh mulai berkumpul memadati lapangan bola Victoria Park, Causway Hong Kong untuk memperingati May Day. Di Hong Kong tanggal 1 Mei adalah libur nasional.
Buruh dari berbagai Negara yang ada di Hong Kong termasuk dari Indonesia yakni para BMI (Buruh Migran Indonesia) juga ikut dalam barisan. Sebelumnya, pukul 12. 15 para BMI ini mendatangi KJRI untuk melakukan aksi demo dan diikuti oleh 800 lebih BMI, menuntut kontrak mandiri, penghapusan KTKLN, cabut UU nomor 39, berikan pelayanan terbaik bagi BMI. Demo ini dikomandoi oleh Aliansi Cabut UU/39 tahun. Setelah demo di depan KJRI selesai, para BMI bergabung dengan para buruh lokal dan buruh migran dari Negara lain di Lapangan Victoria Park untuk bersiap-siap melakukan “Long March” menuju ke Central Government Office di Central.
Masa mulai bergerak saat jarum jam di tangan berada di angka 2.30 PM waktu Hong Kong. Ribuan buruh dari berbagai Organisasi yang ada di Hong Kong berjalan dengan tertib dengan pengawalan ketat para Polisi yang sudah siaga sejak pagi hari. Salah satu tuntutan para buruh adalah, "naikkan gaji minimum HK$ 4000 tanpa potongan pajak."
Dari berbagai kalangan buruh yang ikut dalam aksi ini, dan dari berbagai Negara yang ikut ambil bagian, “mungkin” hanya BMI saja yang paling mendapat perhatian lebih dari masyarakat yang sengaja berdiri di pinggir jalan untuk menyaksikan “Long March” ini.
Sepanjang perjalanan yang hampir 2 jam dari Victoria Park menuju ke depan Central Government Office di Central, tak henti-hentinya dan tak ada capeknya para BMI terus menyanyikan lagu-lagu nasional Indonesia, lagu-lagu perjuangan dan lagu-lagu baik dangdut maupun pop yang sudah di gubah menjadi lagu yang berisi tentang kritikan mengenai persoalan buruh migran. Banyak dari warga yang mengacungi jempol, bahkan ada seorang bule yang terus mengambil gambar dan terus mengikuti aksi para BMI ini sambil senyum-senyum.
Ada yang membuat saya tersenyum saat seorang reporter dari dalah satu stasiun TV ingin menyiarkan secara langsung jalannya “Long March” ini. Reporter ini ingin menjadikan baringan BMI sebagai viewnya saat barisan berhenti sejenak. Namun tak lama barisan BMI kembali jalan lagi, repoter pun menunda liputannya dan segera berlari ke depan. Begitu BMI berhenti, dia segera siap-siap untuk mengadakan liputan lagi, namun apa daya, rupanya polisi menyuruh barisan BMI untuk berjalan maju lagi. Reporter ini pun berlari maju lagi dan gagal lagi. Saya hitung sampai 5 kali dia berhenti liputan, gagal lalu lari lagi, berhenti lagi dan liputan lagi karena sangat inginnya menjadikan aksi BMI yang begitu kompak dan tak kenal lelah sepanjang perjalanan ini sebagai viewnya.
Terlepas dari semua itu, semoga hari buruh yang kita peringati kemarin, 1 Mei 2012 ini, ke depannya akan membawa perubahan yang lebih baik lagi. Semoga nasib kaum buruh semakin baik.
Saya bagi foto-foto yang sempat saya abadikan di May Day kemarin
Bersiap-siap untuk melakukan aksi long march ke Central
AMCB ini adalah para BMI, anggota lain ada dari negara Pilipihina, Nepal, India, dan buruh migran lain yang ada di HK
Namanya Ganika, sekarang menjabat sebagai ketua ATKI (Asosiasi Tenaga Kerja Indonesia) di HK sedang menjawab pertanyaan dari salah satu reporter TV
Mobil polisi dimana-dimana
Polisi juga dimana-dimana
Inilah reporter yang sampai berlari-lari karena ingin menjadikan BMI sebagai viewnya. Kameramennya cewek, kasian ngotong-ngotong ke sana ke sini. Tapi memang aksi BMI paling meriah dibanding kelompok lain
Serius banget ya menyimak keterangan dari salah satu demonstran yang ikut dalam peringatan May Day
Ini dia, bule yang yang terus mengiri BMI dan terus mengambil gambar sambil senyum-senyum mendengar lagu "Asolole" yang telah digubah menjadi lagu perjuangan dalam bahasa Jawa
Hampir sampai Central