Tulisan tentang Kriminalisasi yang sering menimpa para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri saat turun di Bandara Soekarno-Hatta masih terus begulir sampai hari ini. Dan ternyata setelah di hybrid oleh Kompas.com kemarin, pihak Angkasa Pura II memberi jawaban yang bisa anda lihat di sini.
Kalau ditanya “puas apa belum?” Saya akan menjawab kalau jawaban pihak Angkasa Pura ini sangat belum memuaskan. Jawaban yang diberikan hanya terkesan ingin menyenangkan hati para pengguna bandara kususnya para TKI. Hari Cahyono selaku Sekretaris Perusahaan PT Angkasa Pura II yang memberi jawaban ini sudahkah turun langsung ke lapangan, melihat anak buahnya bekerja?
“Sebenarnya yang didekati para oknum ini hanya satu-dua orang TKI saja. Maksudnya, tidak semua TKI mendapatkan perlakuan yang buruk. Namun, karena ulah sejumlah oknum ini membuat nama Bandara Soetta tercemar.” Kutipan Hari yang saya ambil dari Kompas.com
Kalau sudah tahu setitik nila bisa merusak susu sebelanga, kenapa tidak mematikan nila yang setitik itu, pak? Biar sebelanga susu tidak rusak semuanya. Oknum di bandara memang tidak semuanya menjadi hantu menakutkan bagi para TKI, tapi karena sudah tercemar, oknum yang baik itupun menjadi kelihatan buruk, menjadi kotor semua. Dan saat ini, hampir semua petugas bandara di Terminal kusus TKI itu telah menjadi hantu bagi para TKI.
Angkasa Pura dibawah naungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang saat ini di pimpin oleh Dahlan Iskan sangat membutuhkan sentuhan dan juga gebrakan dari beliau. Kalau kemarin ngamuk di pintu Tol Semanggi, saya menunggu gebrakan dan juga amukan pak Dahlan Iskan untuk melakukan sidak mendadak di Bandara Soetta ini. Angakasa Pura butuh sentuhan langsung dari pak Dahlan Iskan. Biar para petugas yang nakal itu kelabakan. Mereka sudah digaji oleh negara, kenapa masih saja terus meneror para TKI dengan meminta pungutan liar yang sangat tidak wajar.
Banyak TKI yang merasa takut saat pulang ke tanah air dan harus mendarat di bandara Soetta. Ini sangat aneh bukan? Saya masih ingat beberapa bulan yang lalu saat duduk lesehan di lapangan Victoria Park Causway Bay, kampung Jawa-nya para BMI Hong Kong saat hari libur. Ada seorang BMI berasal dari Jawa Barat yang ingin cuti pulang ke tanah air tapi merasa takut karena harus lewat bandara Soetta.
“Hou kenga ngo” Saya sangat takut katanya.
Saat temannya yang dari Jawa Timur bertanya, kenapa kok takut?
Dia menjawab kalau tetangganya yang menjadi TKW di Arab Saudi saat pulang ke Indonesia dan melewati bandara Soetta dipaksa harus naik travel dengan tarif yang sangat mahal dan sampai rumah masih dimintai duit tambahan oleh sopir. Sayang saya tidak sempat menyimpan nomor telponnya, jadi tidak tahu kisah selanjutnya bagaimana.
Sampai kapan rasa takut ini terus menghantui para TKI/BMI yang akan pulang ke tanah air sendiri? Sangat tidak wajar dan aneh bukan? Bagaimana mungkin dan bisa, mau pulang ke kampung sendiri kok malah takut, takut bukan sama setan beneran, tapi takutnya sama hantu dan setan berwujud manusia yang bergentayangan di bandara Internasional kita, Soekarno-Hatta.
Semoga isu tentang bandara Soetta ini tidak berhenti sampai di sini lalu hilang menguap begitu saja. Sebelum ada perubahan nyata dan para calo, setan dan hantu yang telah begitu lama menjadi momok menakutkan bagi para TKI hilang, mari terus untuk menyuarakannya. Kita sudah punya tempat yang pas. Kompasiana yang hampir semua tulisannya di posting oleh warga biasa akan menjadi sesuatu yang luar biasa karena mempunyai kekuatan.
Pak Dahlan Iskan, mampir ya ke Angkasa Pura, demi TKI kita yang ingin mendapat rasa aman tanpa rasa takut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H