Lihat ke Halaman Asli

Fera Nuraini

TERVERIFIKASI

Mati Muda itu Keren, Mau?

Diperbarui: 18 Juni 2015   01:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sila pesen ke si penulis di kunangkunangrocknroll@gmail.com

Mungkin era 2009 sampai 2011 awal, Kompasianer tidak asing lagi dengan akun bernama Jimmo Morrison, apalagi yang sering berhaha-hihi dengan para penghuni negeri NGOTJOLERIA, dijamin kenal dengan akun ini. Atau bahkan mungkin banyak yang sering ikut kopi darat dengannya. Kebetulan saya baru aktif menulis di akhir tahun 2010 sampai pertengahan 2012, setelah ini, saya jarang menulis di sini dan lebih sering menulis di blog pribadi. Untuk berkunjung ke sini sekarang juga agak jarang, tapi saya masih sering rindu dengan keakraban yang terjalin diantara sesama yang bisa dirasakan di kolom komentar.

OK sekian dulu curhat gak penting ini. Saya ingin berbagi cerita atau tepatnya mereview sebuah novel yang baru saja saya baca dengan durasi 3 jam dan dibaca 3 kali (caelah segitunya)  ini rekor paling cepat dalam sejarah saya membaca novel. Novel ini ditulis oleh Jimmo Morrison yang namanya saya sebut di atas dan menurutnya hanya ditulis dalam waktu 21 hari saja alias 3  Minggu. Saya membaca 3 jam, novel ditulis 3 Minggu. Kok pas ya, halah. Setelah novel ini muter-muter dari Jakarta lalu Ponorogo dan tertahan dua Mingguan di tangan seorang teman, akhirnya sampailah ke tangan saya dengan penuh cinta (hapaan sih). Kunang-kunang Rock n Roll. Begitulah judul novelnya. Isinya bercerita tentang masa sekolah Jim (panggilan Jimmo) dengan para sahabatnya yang kebetulan punya hobi sama, main musik. Musik Rock n Roll menjadi pilihan dan The Door’s adalah band idola mereka. Tahu kan nama vokalisnya? Yup Jim Morisson namanya. Kalau saya sih lebih suka 3 (Three) Doors Down. Tahu lagunya yang “Here Without You”? nah saya paling suka dengan lagu itu. Membaca cerita novel   ini  saya langsung bisa menebak bahwa apa yang tertulis  atau isi dari novel ini adalah cerita nyata dari si penulis sendiri. Bagaimana dia bersekolah di sekolah Favorit dan dijuluki raja bolos, atau nilai akademiknya yang sering jeblok dan juga konflik yang terjadi dengan orang tuanya. Nasib berubah saat dia memutuskan untuk pergi ke Amerika, negara adidaya   tapi ternyata membuatnya tak berdaya. “Mati di umur 27 tahun itu keren” Bah, siapa yang pernah punya pikiran gila seperti ini? Anda pernah? saya sih gak pernah. Tapi Jimmo Morrison yang mengidolakan sang vocalis The Door dengan nama yang sama ini ternyata punya pikiran yang melekat kuat bahwa mati di umur 27 tahun itu keren. Tapi apa artinya mati muda tanpa meninggalkan sebuah karya? Perjalanannya hidup  sepulang dari Amerika ternyata penuh dengan warna. Dari yang akhirnya bisa berkumpul lagi dengan kawan-kawan bandnya yakni Roni, Hasan dan Erwin, kemudian mulai bermain musik lagi. Tapi tragedi di Bandung membuat Jim trauma lalu akhirnya memutuskan menjauhi Jakarta dan pergi ke Mojokerto, rumah sahabatnya bernama Dimas. Banyak kalimat bijak dari Dimas yang bisa dipetik setelah Jim menceritakan semua kisahnya, salah satunya soal kematian. Dimas selalu bilang bahwa hidup bukan hanya berfokus pada umur 27 tahun, tapi menghasilkan karya lebih berharga daripada hanya membangun mimpi tapi tak mewujudkan dan Dimas selalu bilang bahwa Jim Morrison  tidak pernah bermimpi untuk mati di umur 27 tahun. Dimas yang mengarahkan Jim untuk menjadi penulis dan akhirnya mulai mengimkan naskahnya ke media-media dan dimuat, lalu kejutan Dimas yang berhasil membukukan karya Jim adalah bentuk perhatian dari seorang sahabat. Sayang, Dimas harus pergi di umur yang belum genap 27 tahun karena suatu penyakit. "Apatis adalah obatnya berjuang. Dan kalau kalah berjuang bukan berarti kita pecundang, tapi belum menemukan strategi berperang yang tepat. Orang yang punya strategi pun kadang masih gagal. Jadi untuk mengukur semua itu adalah mencoba. Kalau kau sering jatuh, maka kau akan tahu rasa sakit itu dan setelah tahu maka rasa sakit itu jadi biasa.” Kata-kata Dimas ini begitu kuat dan saya yakin masih banyak kata bijak dari Dimas yang tidak tertulis di novel ini. Daripada banyak bertanya dan membangun istilah, lebih baik lakukan. Orang yang tidak melakukan apa-apa itu orang yang tidak pernah tahu hasil setelah melewati resiko. Ini juga kata-kata dari Dimas. Soal cinta terpendam Jim terhadap Martha yang menjadi inspirasi nama Kunang-kunang Rock N Roll dikemas cukup menarik. Cuma sayangnya novel ini tidak dijelaskan kapan Jim berangkat ke Amerika, kapan Jim pulang dari Amerika atau kapan tepatnya Dimas meninggal dan kejadian penting lainnya. Pun juga kematian Hasan yang overdosis karena drug, disusul Roni yang dipenjara karena membunuh lalu sekeluar penjara malah dibunuh. Novel ini cocok menjadi teman para remaja yang sedang mencari jati diri (tsaaaahhh) atau sedang galau mikir kenapa saat ini masih jomblo. Bahwa mati muda itu tidak keren karena sebenarnya mati dengan meninggalkan sebuah karya yang bisa dinikmati orang banyak itu jauh lebih keren.  So, hidup ini bukan hanya tentang cinta atau mati muda atau meratapi kesendirian karena sampai umur 27 tahun belum pasangan.

Naksir bukunya aja ya jangan yang pegang #Eaaaa

Bagi yang penasaran dengan isinya silahnya menghubungi Mbah Jim di akun Facebooknya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline