Lihat ke Halaman Asli

Feny Livia Manjorang

masih beginner.

Taklukkan Prokratinasi untuk Genggam Dunia

Diperbarui: 12 November 2019   11:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: liputan6.com

Kita tahu apa yang mau kita tuju dan tahu cara untuk mendapatkan tujuan itu. Tetapi sering kali kita gagal sampai ke tujuan. Gagal bukan karena batu besar melainkan tersandung kerikil-kerikil mungil.

Kita bermimpi menggenggam dunia dan tau cara terbaiknya adalah menguasai ilmu pengetahuan, melatih skill dan memperluas jaringan pertemanan. Kita tau, bahasa adalah komunikasi dan menguasai bahasa Inggris adalah jalan untuk meluaskan jejaring pertemanan di level dunia dan memahami betul bagaimana cara untuk mewujudkannya.

Tetapi apa yang terjadi? Mimpi-mimpi besar itu kita taruh dalam gelembung sabun. Seketika meledak dan hanya menyisakan hampa. Kita disibukkan dengan hal-hal remeh temeh. Kita juga tahu, jalan terbaik untuk menjadi pintar adalah belajar. Namun seringkali kita menghabiskan waktu hanya dengan aktivitas tak berguna, mulai dari scroll Instagram, bercengkerama di Facebook, mengkepoi twitter artis atau hang out ke mall. Banyak waktu yang tersia-siakan dengan kegiatan yang minim faedah.

Bermimpi menggenggam dunia harusnya diwujudkan dengan menawarkan gagasan-gagasan brilian. Dunia ini serupa arus lalulintas di persimpangan jalan, hanya ide yang kuat dan punya arah yang akan diikuti orang. Jika tidak kaya gagasan dan ide serta tidak punya semangat, dunia akan menaklukkan kita. Dunia akan melumat kita. Change! "Berubah atau Mati," kata Rhenald Kasali. Now or never, menjadi slogan yang akhir-akhir ini menjadi perbincangan publik.

Kerikil-kerikil proktastinasi itu memang terasa menyenangkan dan ampuh mengalihkan pikiran serta perhatian kita dari tujuan utama. Kerikil prokrastinasi, kalau dituruti akan membuat langkah kita melenceng dari peta menuju perburuan "harta karun" masa depan. Kecanduan gawai, kepoi twitter, mengscroll instagram, memelototi sinetron, ngalor-ngidul di warkop adalah contoh-contoh kerikil prokrastinasi. Sepele tapi menjatuhkan dan menjadi sandungan dari "goal" yang mau dituju.

Jika ingin menggenggam dunia, tantanglah dirimu, kalahkan prokrastinasimu. Buang jauh-jauh kerikil kebiasaan buruk prokrastinasi itu. Mulailah belajar untuk fokus dan jangan mau, perhatianmu teralihkan oleh hal-hal remeh itu. Memang, menonton ke bioskop 21 itu menyenangkan, makan bakso bareng teman-teman itu mengasyikkan, hang out ke mall juga membahagiakan, apalagi bisa pamer foto-foto di Instagram, juga asyiknya luar biasa. Tetapi jika itu berlangsung setiap hari akan menjadi kebiasaan yang bahkan membuat kita terganggu belajar.

Bahkan kita menjadi orang yang doyan menunda-nunda pekerjaan, niat awalnya memang mau membuka Facebook sebentar saja, namun kenyataannya bisa berjam-jam. Dari sekadar ingin mengkepoi instagram, malah larut di dalamnya. Tugas-tugas belajar tertunda hingga pelajaran kuliah pun kedodoran. Setiap orang pasti pernah menunda pekerjaan dari jadwal yang telah ditentukan, tetapi tidak baik jika dibiarkan terus-menerus.

Menurut penelitian psikolog, 80 persen mahasiswa seringkali menunda menyelesaikan tugas kuliah. Penundaan ini bukan karena sakit atau kondisi duka cita, melainkan akibat kebiasaan membuang-buang waktu melihat feed instagram atau sekadar berselancar di dunia maya. Lagi-lagi kerikil prokrastinasi, ini terjadi karena kurang tegasnya regulasi kita terhadap diri sendiri. Kita mengetahui apa yang seharusnya dikerjakan tetapi tidak dapat mendorong diri sendiri untuk mencapai tujuan.

Akibatnya, aktivitas lain dianggap lebih menyenangkan dan tugas atau kewajiban mahasiswa menjadi sulit untuk dilakukan. Serta dianggap penting apabila sudah mendekati masa tenggat.

Kerikil-kerikil prokrastinasi selain merugikan juga dapat mengakibatkan stress, rasa bersalah, dan krisis kepercayaan diri akibat kehilangan produktivitas pribadi serta penolakan sosial karena tidak dapatnya memenuhi tanggung jawab dan komitmen. Paling fatal lagi prokrastinasi kronis akan menjadi tanda-tanda gangguan psikologis terpendam.

Prokrastinator juga sering menipu diri sendiri karena pikiran kita yang dicuci mampu mengerjakan sesuatu lebih baik di bawah tekanan dan selalu merasa masih banyak waktu untuk mengerjakan tugas atau sedikit waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas tersebut dan belajar akan lebih baik dilakukan jika keadaan mood baik atau lagi ingin mengerjakannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline