Sebagai warisan budaya, batik telah dikenal sejak lama di berbagai daerah Indonesia dan sudah ditetapkan oleh UNESCO sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi. Berbagai macam teknik membatik nusantara, antara lain: batik tulis/canting, batik cap, batik kombinasi, batik printing, batik lukis/colet dan batik celup ikat.
Harga batik sendiri pun beragam, mulai dari puluhan ribu hingga jutaan rupiah per lembar kain batik, sesuai dengan motif dan teknik membatik yang dilakukan. Biasanya batik yang paling mahal adalah batik tulis/ canting, karena teknik ini membutuhkan ketelitian dan ketekunan pengrajinnya serta membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membuat satu lembar kain.
Mahasiwa peserta KKN KI Angkatan ke - IX di SB Permai Penang memperkenalkan pembuatan batik dengan teknik celup ikat. Batik celup ikat adalah batik yang dikerjakan dengan cara mengikat kain lalu dicelupkan/diteteskan dengan pewarna. Dipilihnya teknik ini, karena mudah dan dapat dilakukan oleh anak-anak yang belajar di SB Permai Penang. Selain itu, penggunaan warna yang mencolok seperti merah, hijau, kuning, jingga, ungu, biru, hitam dan coklat juga sangat disukai oleh anak-anak. Alat dan bahannya pun sederhana sehingga tidak kesusahan saat membawa dari Indonesia.
Beberapa alat dan bahan yang digunakan adalah kain, karet getah, kelereng, pewarna tekstil, botol dan air. Sebelum dilakukan membatik, mahasiswa KKN KI menjelaskan macam-macam batik dan memberikan tontonan video pembuatan batik celup ikat. Kegiatan ini dilakukan pada Kamis (23/11/2023) dimulai pada pukul 09.30 waktu Malaysia. Anak-anak dibagi menjadi empat kelompok yang beranggotakaan masing-masing empat orang. Mereka sangat antusias dalam mengikuti kegiatan ini, karena sebelumnya belum pernah membatik dengan teknik celup ikat.
Dengan pembelajaran ini, tidak hanya serta merta untuk anak bermain, namun guna mengasah kreativitas dan ketangkasan dalam membuat karya seni. Hal ini dapat mendukung berkembangnya pola pikir, sikap dan kemampuan motorik anak. Diharapkan anak-anak juga memiliki jiwa wirausaha di masa mendatang.
Sebagai pendidik anak-anak kita harus selalu berupaya memberikan stimulasi yang dapat menarik sehingga kompetensi anak berkembang secara optimal.
Penulis : Feny Dwi Widyati, Greshela Ayudya Wardani
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H