Hari ini aku melihat banyak penduduk yang mengibarkan bendera setengah tiang. Demikian jugak di instansi tempatku bekerja. Satu kebiasaan(keharusan) yang diturunkan oleh rezim Orba. Untuk memperingati peristiwa G30SPKI. Katanya untuk penghormatan kepada Pahlawan Revolusi, yang jadi korban kebiadaban PKI. Mereka itu, katanya, dibantai oleh PKI. Sekaligus sebagai warning akan bahaya laten komunis.
Di masa Orde Baru, rakyat dipaksa percaya bahwa "dalang" dan pelaku kekejaman itu ialah orang-orang PKI. Dan nggak diberi ruang sama sekali untuk mempertanyakan kebenarannya. Bahkan setiap orang yang terindikasi segera dibantai tanpa punya hak sedikitpun membela diri. Sebuah pembantaian yang jauh lebih keji dari yang dilakukan oleh PKI itu sendiri(jika memang benar para jendral itu memang dibunuh oleh mereka).
Belakangan, semakin banyak yang meragukan kebenaran yang dijual orde baru tersebut, meskipun sudah terlambat. Ratusan ribu(mungkin jutaan) rakyat nggak berdosa, yang nggak tau apa-apa, yang jarak tempat tinggalnya ribuan kilo meter dari Lubang Buaya terpaksa meregang nyawa. Belum lagi hak azasi dari keluarga dan keturunan mereka yang "dirampas" oleh rejim Orba.
Ada dugaan kalok para pahlawan revolusi itu hanyalah korban dari drama yang dimainkan oleh orang yang haus kekuasaan pada masa itu. Demikian juga dengan PKI, tanpa sadar telah diarahkan untuk melakukan sesuatu. Jadilah mereka, para pahlawan revolusi dan PKI sendiri, menjadi tumbal, demi meraih sebuah tahta.
Kalok demikian halnya, bukankah pengibaran bendera setengah tiang itu sempurna sebagai babak akhir dari drama besar itu? Menyedihkan. Puluhan tahun kita, sebagai rakyat dari sebuah bangsa yang besar telah ikut menjadi aktornya !
Aku sendiri sudah sangat lama sekali nggak pernah mengibarkan bendera setengah tiang itu. Bukan aku tak hormat kepada pahlawan, melainkan aku nggak mau ikut menyakiti dan membunuh mereka lagi berulang-ulang setiap tahun. Lagi dan lagi setiap tanggal 30 September.
Marilah kita berdoa supaya muncul pemerintahan di negeri ini yang mau meluruskan sejarah. Kita butuh kebenaran. Meskipun terasa terlambat, tetapi yang namanya kebenaran pasti sangat berarti. Walaupun nanti terasa pahit, namun pasti akan lebih baik karena itu akan jadi semacam obat. Janganlah kita jadi pembohong kepada anak-cucu kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H