Lihat ke Halaman Asli

Fenti Rahma

Fenti Sarohmatunnabila

Produksi “Buah Surga” yang Kian Merambah Pasar Mancanegara pada Masa Pandemi Covid-19

Diperbarui: 20 Juni 2020   11:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Masa pandemi covid 19 merupakan masa yang mana penyebaran besar-besaran dari virus korona di seluruh dunia. Berita ini sangat membuat resah masyarakat, khususnya masyarakat Indonesia. Hingga Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB pun dilakukan guna memutus mata rantai penyebaran virus korona.

Virus korona tidak hanya mengganggu dalam segi kesehatan, namun juga perekonomian bangsa Indonesia pun diputar-putarkan bahkan terhambat dengan adanya pandemi covid 19. Dilansir dari mediaindonesia.com Romanus dari Komisioner Komisi Informasi Pusat (KIP) mengatakan bahwa, "pemerintah harus memprioritaskan sektor pertanian demi mencegah terjadinya bencana kelaparan akibat pandemi, seperti yang diperingatkan oleh FAO beberapa waktu yang lalu".

'Buah surga' atau sering disebut dengan buah tin atau buah stevia merupakan komoditas holtikultura yang biasa digunakan sebagai campuran obat herbal dan sebagai pemanis buatan yang menyehatkan.  Dahulu,  buah tin dianggap sepele dengan bau yang tak begitu sedap dan bergetah. Namun,  tidak dengan saat ini. Buah tin menjadi incaran para masyarakat,  tidak hanya di Indonesia tetapi hingga skala mancanegara.

Tak disangka buah yang kecil ini bermanfaat sekali. Tak kalah dengan buahnya, daunnya pun dapat digunakan sebagai minuman anti kanker. Petani asal Desa Ciranggon, Kecamatan Majalaya Karawang, bernama Dede Abdul Halim (31) mengatakan "Kebun ini hanya seluas 10 X 12 meter. Dulunya lahan tak terurus, penuh rumput dan semrawut. Daripada mubazir, lahan belakang rumah ini, saya buat kebun dan tempat persemaian buah tin," ungkapnya saat ditemui detikFinance di rumahnya, Kamis (4/4/2019). Dede tidak mengeluarkan modal besar untuk usahanya, hanya lahan di belakang rumah yang disulap nya menjadi ladang uang nya saat ini.

Pertumbuhan buah tin di Indonesia terbukti jauh lebih bagus daripada produksi dari negara asalnya, yaitu Afrika. Jika perawatan yang dilakukan baik, cukup dalam waktu 4 bulan buah tin sudah masak dan dapat di panen.
Kebanyakan petani buah tin bekerjasama dengan petani lain di Indonesia bahkan juga petani  dari Timur Tengah.  Pelanggan pun terheran-heran dengan bibit yang dibeli,  karena bisa lebih bagus dari negara Habitat asal dari buah tin sendiri.

Menurut update terkini,  harga buah tin  dibanderol sekitar Rp. 200.000 per kilogramnya. Dan untuk harga bibitnya diberi Rp.20.000 per batangnya. Meski pengiriman ekspor buah tin terhambat oleh masa pandemi cover 19 dalam 3 bulan terakhir ini, permintaan bibit, buah, daun, ataupun serbuknya semakin meningkat baik dari wilayah Indonesia dan dari luar negara dan sudah mulai beroperasi lagi.

Sekian dari ulasan saya. Semoga bermanfaat. Mohon maaf atas kesalahan dalam penulisan saya. Tetap jaga diri, jaga kesehatan, jaga hati anda.  Stay at home dan jangan lupa berdoa. Terimakasih......
#EkonomiPertanian
 #FakultasPertanianUniversitasJember
#TraditionOfExcellence




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline