Kumis
Berdiam senyap di atas bibir
Silir-silir terbuai hembusan nafas yang bertiup dengan perlahan.
Dua garis jadi pembatas
Seolah bukti bahwa segalanya adalah sementara
Meski makna yang ada tiada pernah habisnya.
Rambut-rambut tumbuh jahil berimbun
Nakal beruntai kesana dan kemari
Memaksa si tajam memangkas hingga menghabisinya
Kumis
Adalah cinta masa lalu
Bagi kehidupan budaya para pejantan
Begitu mahluk gemulai mengagguminya
Lemah terkulai karena kulikan gatalnya.
Mana yang benar atau yang salah
Tiada ujung untuk mengetahuinya
Manakala kumis bergoyang
Selalu ada bulu roma yang akan mengerang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H