Lihat ke Halaman Asli

Cinta Tak Harus Menaiki

Diperbarui: 24 Juni 2015   15:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13657713871801884559

[caption id="attachment_247600" align="aligncenter" width="640" caption="graphic by @fenomenye"][/caption] Ungkapan “cinta tak harus memiliki” sesungguhnya hanya milik pecundang asmara. Apapun alasannya, cinta itu harus memiliki. Cinta orang tua pada anak dan sebaliknya, pasti memiliki sebuah ikatan yang disebut keluarga. Demikian juga mestinya perasaan cinta yang ditujukan pada lawan jenis kita, jikalau tak bisa memiliki pasti tak layak disebut sebagai cinta. Sungguh aneh andaikata seorang laki-laki mengaku masih cinta pada mantan kekasihnya, padahal si perempuan sudah menikah dengan orang lain. Cinta yang ditujukan pada istri orang bukanlah cinta, itu namanya teror atau gangguan terhadap stabilitas rumah tangga orang. Jika saya boleh usul sebuah ungkapan yang pas, mestinya “cinta itu tak harus menaiki”. Gara-gara cinta, seseorang tak harus menaiki gunung tertinggi di dunia dan menyeberangi luasnya samudra. Itu semua gombal dan hanya ada di lirik lagu tahun 1980-an. Gara-gara cinta yang sangat berat untuk diperjuangkan, seseorang juga tak harus menaiki gedung tertinggi di Jakarta dan lompat dari atapnya karena frustrasi. Itu tindakan setupid bin konyol. Sama halnya menaiki pohon di halaman belakang kemudian gantung diri setelah cintanya ditolak. Tak lupa secarik surat berisi ungkapan perasaan yang tersimpan di saku sebagai salam perpisahan terakhir. Don’t try this at your home. Atas nama cinta, tak perlu pula meniru adegan romantis film legendaris Titanic dengan menaiki kapal lalu berdiri di ujung buritan kapal sambil membentangkan tangan. Helooo… tahu nggak sih? Di film itu Leonardo di Caprio tetap tenggelam di laut, sedangkan Kate Winslet jadi tua renta tanpa cinta yang bersatu antara keduanya. Karena ingin mengejar cinta pula, seorang pemuda kemarin sore merasa perlu menaiki mobil orang tuanya untuk dibawa ngapelin gebetannya. Hei, yang kaya itu bapakmu bukan kamu. Kalau masih ada cewek yang kegebet modus beginian, saya hanya bisa bilang: “kasihan banget deh lu”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline