Lihat ke Halaman Asli

Vandalisme Benteng

Diperbarui: 24 Juni 2015   18:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Seperti duri baginya tancapkan filosofi suci  dalam kekinian
Mengapa sangat keras serabut-serabut bertuan menyusup dalam rongga masa depan ?
Tak jua kawan, riam cantas yang kau tepukkan seakan memantul kanan-kanan
Seperti kartun canguk meredam kerinduan
Elegansi teredam atau sudah tak berkenan?

Tujuh wajah beserta garis-garis merah jambu di April
Melantumkan tawa bertambun, tak tau dia pelak
Simple memang, ia hanya ingin biaskan bahagia! Itu saja.
Takutnya ia bercerai dengan ramah suam dari mereka
Tentunya bersekat-sekat kemudian bernanah
Walau jauh di lubuk hatinya, itu semua tak bisa jadi bumbu kepelakan

Unifikasi tangan kebenaran itu ia butuhkan
Walau Ia telah perintahkan untuk tidak berkompromi sempurna dengannya

Ampun Tuhan, ketika jendela bagi vampir menyerah itu seperti tak lagi menyipit

Genggaman-genggaman yang setia, ia mohon dalam berlutut
Jua Pelangi tak berawan dalam komitmen putih
Hingga memperdaya tanduk yang mau merajam si kurus
Fokuskan kaki melangkah untuk potensi-potensi masa depan berstatus kemenangan
Harapan yang tampak maya jika pelak, kawan

Iman, kasih, dan pengharapan
mengisyarakan isolasi tanpa tanda-tangan
terendap lara kini jabatan




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline