Lihat ke Halaman Asli

Fenni Bungsu

Suka menulis

Short Movie Istiqlal: Apakah Sebuah Film Harus Happy Ending?

Diperbarui: 6 April 2024   12:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumentasi pribadi fennibungsu

Sambil berpuasa memang asiknya mengikuti kegiatan yang berkesan dan menambah wawasan. Apalagi yang dikerjakan itu, sambil pula bersilaturahmi, sehingga double combo yang didapatkan. Dari hal tersebutlah, saya pun tertarik mengikuti bedah film pendek Istiqlal, yang berlangsung di Museum Penerangan (Muspen) TMII dalam acara MuspenTalk yang sekaligus memperingati Hari Film Nasional.

Antara Istiqlal dan bulan Ramadan

Kalau kita memerhatikan media sosial (medsos), khususnya platform Tiktok, yang pada awal bulan Ramadan dipenuhi dengan yang namanya FYP (For Your Page) tentang cara buka puasa di Istiqlal, lalu beberapa hari belakangan hingga kini tentang "Qiyamul Lail alias Itikaf di Istiqlal", menyiratkan rasa bahwa masjid Istiqlal ini memang penuh pesona yang mengagumkan. Rata-rata mereka yang mengunggahnya di medsos tersebut, menceritakan tentang bagaimana cara berbuka puasa bersama dan itikaf di masjid megah yang berada di Jakarta Pusat itu, transportasi publik apa yang digunakan, masuk masjidnya dari pintu berapa, lantai berapanya, pada jam berapa bisa mendapatkan takjil maupun makanan untuk berbuka puasa, dan cara itikaf di sana.

Saya pun sebenarnya punya rencana untuk berbuka puasa di Istiqlal. Hanya saja, belum ada kesempatan sepertinya untuk Ramadan tahun ini. Semoga pada bulan Ramadan berikutnya, tidak hanya berkesempatan untuk mengikuti ibadahnya, juga dapat mengikuti momen berbuka puasa di sana, aamiin.

Film Pendek Istiqlal: Membedah yang Membuat Bertanya-tanya Sekaligus Mendapatkan Makna

Cuss, balik lagi kita ke acara MuspenTalk. Sebelum bedah film Istiqlal, acara yang menurut saya sekaligus ngabuburit di Muspen ini, dibuka oleh kak Wildan Fajar, perwakilan Muspen. Lalu dipandu Kak April dan Kak Restu dari Tim Pengelolaan Museum, kami para peserta diajak bermain games Kahoot lebih dulu (alhamdulillah menang, hehe).

Kak April dan Kak Restu dari Muspen (dokumentasi pribadi fennibungsu)

Lanjut menceritakan biografi singkat Usmar Ismail, Bapak Perfilman Indonesia yang juga salah satu pendiri PERFINI. Usmar Ismail wafat di tahun 1971, dengan film terakhirnya adalah Ananda, serta film perdananya adalah Darah dan Doa yang diproduksi (sineas dan perusahaannya) oleh orang Indonesia. Hari pertama syuting film Darah dan Doa yaitu tanggal 30 Maret itulah, yang kemudian diperingati sebagai Hari Film Nasional.

Dari peringatan Hari Film Nasional ini menjadikan rasa semangat kepada para sineas kita, untuk berkarya yang berkualitas dan menghadirkan tayangan yang bermakna. Sebagaimana kehadiran film pendek Istiqlal yang disutradarai oleh Razny Mahardika.

"Film pendek ini syutingnya bukan di bulan Ramadan, dan produksinya bareng Kinovia.id." Terang Razny.  

Film pendek Istiqlal, bercerita tentang perjalanan Babeh (Syafrudin) dan anak laki-lakinya bernama Sobari (Dimas Ardiansyah) untuk berbuka puasa di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat. Perjalanan mereka menggunakan kendaraan roda dua dari Ciputat ke Istiqlal, menyiratkan makna berkesan akan sebuah kesabaran dari kedua sisi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline