Kamu kenal yang namanya osteoporosis, skoliosis, lordosis, dan kifosis? Ragam penyakit dan kelainan tulang tersebut telah dikenal oleh masyarakat, yang disebabkan bagian tulang kekurangan kalsium dan kurangnya paparan sinar matahari yang menjadi salah satu sumber vitamin D.
Lalu bilamana kamu mendengar nama osteogenesis imperfekta? Osteogenesis Imperfecta (OI) merupakan kelainan genetik pada tulang, dimana terdapat gangguan jaringan ikat yang menyusun tulang sehingga tulang rentan patah dan rapuh.
Dalam kesempatan yang baik, saya menghadiri event yang diselenggarakan oleh IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) pada hari Jumat lalu, 4 Mei 2018, bertempat di gedung IDAI yang bertajuk Seminar Media Osteogenesis Imperfecta. Acara tersebut menghadirkan para nara sumber, media dan blogger, serta Forum Osteogenesis Imperfekta (FOSTEO), dengan tujuan untuk mensosialisasikan kepada masyarakat tentang adanya kelainan tulang osteogenesis yang bisa dideteksi sedini mungkin.
Dalam sambutannya, Yuan Savitri selaku Ketua FOSTEO menyampaikan harapannya agar seminar ini dapat bermanfaat sehingga masyarakat bisa mendeteksi OI.
"Sosialisasi ini pertama kali diadakan waktu car free day. Sayangnya banyak masyarakat yang tidak tahu," ujar DR. dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp.A (K), FAAP selaku Ketua IDAI pada kesempatan yang sama.
DR. dr. Aman pun mengatakan bahwa belum terdaftarnya Wishbone Day di Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kementerian Kesehatan, layaknya hari osteoporosis, hari TBC. Oleh karena itu, melalui seminar ini bisa mensosialisasikan tentang OI.
Dalam acara tersebut, hadir pula dr. Dana Nur Prihadi, Sp. A(K), M.Kes yang menyampaikan persentasinya.
"OI merupakan kelainan bawaan yang dapat menyerang laki-laki maupun perempuan. Manifestasi klinis pada penyakit OI dengan klasifikasi ringan (tipe 1), letal (tipe 2), berat (tipe 3), dan sedang (tipe 4)," ujar dr. Dana.
"Sayangnya saat ini, baru rumah sakit pemerintah saja (RSCM dan RSUD) yang dapat menangani pasien OI. Kendala obat dan dibutuhkannya kerjasama tim dengan dokter lain menjadi perhatian khusus dalam upaya pemulihan pasien OI," tambahnya.
dr. Dana pun menyampaikan bahwa masalah pada OI adalah :
- terbatasnya pergerakan (immobilisasi),
- perawakan pendek,
- gangguang perkembangan saat remaja hingga dewasa,
- skoliosis,
- kelainan bentuk tulang, misal pada tulang belakang dan tulang dada,
- patah tulang (fraktur), dan
- gangguan di kepala karena tulang rapuh.
Dengan adanya seminar ini, semoga menambah wawasan dan pengetahuan untuk masyarakat bahwa deteksi dini oleh ibu yang yang sedang mengandung dan dukungan keluarga di masa kehamilan perlu dilakukan. Hal tersebut guna mengantisipasi dan cepat diberikan penanganan lebih lanjut, misalnya ketika melakukan USG tampak ada kecurigaan tulang patah.