Lihat ke Halaman Asli

Feni Annisa

Mahasiswa

Mengembangkan Karakteristik Pembelajaran yang Mendidik

Diperbarui: 20 Maret 2023   10:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Para praktisi pembelajaran terus berupaya untuk mengembangkan model-model pembelajaran yang mampu dalam mengoptimalkan partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran. Seperti yang telah disebutkan di awal, indikator karakteristik anak dapat dilihat dari beberapa faktor.  Faktor utama dilakukan dengan melalui;  

Pertama, mengidentifikasi karakteristik belajar pada setiap peserta didik di kelasnya. Walaupun sistem pembelajaran di indonesia masih menganut sistem klasikal, tapi karakteristik persamaan dan perbedaan setiap individual perlu untuk diperhatikan oleh guru. 

Kedua, semua peserta didik mendapatkan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Kesempatan dapat diberikan kepada semua peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Guru harus menjamin untuk tidak adanya perlakuan yang diskriminasi dalam proses pembelajaran. 

Ketiga, mengelola kelas. Penempatan kursi mungkin berpengaruh bagi terciptanya pembelajaran yang baik. Kelas harus mempertimbangkan jumlah peserta didik dan materi, serta metode yang akan digunakan. Sebaiknya, format kursi dalam ruangan dapat dirubah. Bahkan pembelajaran tidak selamanya dilakukan dalam kelas. Penempatan kursi akan dapat berpengaruh terhadap partisipasi belajar anak. 

Keempat, mengetahui penyebab penyimpangan perilaku peserta didik. Guru tidak hanya menyampaikan pembelajaran yang bersifat kognitif. Guru perlu memperhatikan kelainan perilaku anak. Guru juga harus bertindak sebagai konselor. Penyimpangan perilaku tidak dapat dibiarkan. Penyimpangan perilaku perlu diobservasi dan didiagnostik. 

Kelima, membantu mengembangkan potensi dan mengatasi kekurangan pada peserta didik. Dengan melakukan berbagai tes kepribadian dan tes bakat minat dapat melihat potensi yang ada pada peserta didik. Tapi persoalan besar pada sistem pembelajaran klasikal yaitu potensi, bakat dan minat kurang dieksplorasi sebagai ciri khas karakteristik anak.  

Keenam, memperhatikan peserta didik dengan kelemahan fisik tertentu. Kelemahan fisik dapat diantisipasi melalu pengaturan kelas yang beorientasi pada kebutuhan anak. Jika ini diabaikan, maka anak yang mempunyai kelainan fisik akan sulit mengikuti kegiatan pembelajaran. Dampaknya, peserta didik tersebut termarginalkan (tersisihkan, diolok olok, minder, dan lain sebagainya). Banyak kejadian yang terjadi dalam dunia pendikan seperti sikap malu, takut, dan merasa tersisih, diakibatkan oleh perilaku teman kelas.  

Kenam faktor tersebut menjadi signifikan yang perlu diperhatikan oleh guru. Di samping itu, Perubahan paradigma pembelajaran dapat dijadikan sebagai langkah inovatif. Perubahan paradigma dapat dilakukan seiring dengan perubahan di era kemajuan teknologi. Perubahan paradigma dikonstruksikan sebagai upaya untuk melakukan perubahan pada proses pembelajaran. Dalam konteks pembelajaran yang mendidik,  ada berbagai pendekatan yang telah dilakukan oleh pendidik, sekolah, dan penentu kebijakan. Sebelum guru menyelenggarakan teknik pembelajaran yang mendidik, setiap guru perlu memahami tujuan belajar itu sendiri (Semiawan, 2000).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline