Lihat ke Halaman Asli

Masih Tentang "Tilik", Sebuah Film Pendek

Diperbarui: 27 Agustus 2020   14:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

jatimtimes.com

Saya yakin sebagian besar dari teman-teman sudah menonton film Tilik. Apa yang pertama kali ada
di benak teman-teman ketika menonton film Tilik? Komentar kawan saya beragam. Ada yang bilang
bagus, lucu, menghibur, seperti di desaku, ada juga yang bilang,"Ih aku banget" bahkan ada juga
yang bilang,"stereotip abis, film gitu kok dibilang bagus." Nah, semua sah tidak ada yang keliru untuk
sebuah komentar. Anda juga bebas komentar terkait film tersebut.

Saya setuju kalau film ini menghibur, kaena saya terbahak-bahak ketika menontonnya. Film
berdurasi 32 menit ini bercerita tentang perjalanan ibu-ibu desa yang berencana tilik alias
menjenguk Bu Lurah yang dikabarkan sakit. Tilik, adalah budaya atau kebiasaan masyarakat Jawa
ketika ada yang sakit.

Biasanya ibu-ibu kampung pergi rombongan entah naik colt, mobil,
berboncengan motor, dan yang paling epic adalah naik truk! Seperti yang diceritakan dalam Tilik.
Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, perhatian penonton tersita pada Bu Tejo, yang tak henti-
hentinya membincangkan Dian. Mulai dari perempuan yang punya pekerjaan nggak bener, karena
sering keluar masuk hotel, ditambah lagi dengan Dian punya barang-barang bermerek dalam waktu
singkat. Sesuatu yang mustahil, bagi Bu Tejo, apalagi Dian baru bekerja dan bukan berasal dari
keluarga Dian.

Sampai masalah Dian yang belum juga menikah, padahal teman-teman seusianya
sudah menikah. Lengkap sepertinya Bu Tejo menguliti Dian.

Film ini memang punya jalan cerita yang sederhana. Tak perlu bertele-tele. Hanya fokus pada Bu
Tejo dengan gaya khasnya menyampaikan informasi tentang Dian. Apalagi posisi Bu Tejo berada di
tengah, sentral tentunya mudah bagi Bu Tejo untuk menjadi pusat perhatian. Yu Ning, baru
belakangan berdiri di samping Bu Tejo.

Tudingan Bu Tejo juga diperkuat dengan kabar tentang Dian di Facebook. Bu Tejo memperkuat
'data' yang dimilikinya tentang Dian melalui foto-foto yang ada di Facebook. Ibu-ibu lain pun hanya
manggut-manggut saja menerima kabar dari Bu Tejo itu. Kecuali Yu Ning. Terlihat jelas dari mimik
wajahnya kalau Yu Ning kurang suka dengan ucapan Bu Tejo.

Sayangnya sanggahan Yu Ning agar Bu
Tejo mengonfirmasi informasi tentang Dian lebih dulu selalu terpatahkan. Apalagi belakangan
diketahui Yu Ning masih ada hubungan saudara dengan Dian, jadi dianggap wajar bila selalu
membela Dian.

Film Tilik dibuat pada 2018 lalu dan diunggah secara resmi ke Youtube pada 17 Agustus 2020. Film
ini viral, sampai sekarang film tersebut sudah 7 juta kali ditonton. Angka yang cukup besar untuk film
pendek Indonesia, di tengah gempuran film import yang sekarang ini banyak digandrungi.
Film adalah media yang kuat untuk menyampaikan pesan ke masyarakat. Apalagi film pendek seperti
Tilik.

Durasinya tak panjang, hanya 32 menit. Siapa saja bisa menontonnya dari ponsel. Si pembuat
film harus mencari cara agar pesan yang ingin disampaikan ngena di masyarakat, bukan sekadar
hiburan saja.

Dalam channel Youtube Wahyu Agung sang sutradara menyebut Tilik dibuat dengan latar belakang
budaya Tilik yang ada di masyarakat desa. Dalam perjalanan menjenguk orang alias Tilik tersebut ada
saja yang dibicarakan, termasuk ghibah alias bergosip.

Bu Tejo yang asyik membicarakan Dian,
hanya bersumber pada 'katanya' dan juga bersumber dari media sosial. Bu Tejo yakin betul, bahwa
informasi yang dia dapat dari media sosial itu benar adanya. Itu ditegaskan dengan
kalimat,"Informasi soko internet iku mitayani (Informasi dari internet itu dapat dipercaya)".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline