Lihat ke Halaman Asli

Pertanian 4.0: Mari Bercocok Tanam di Internet! Eh!?

Diperbarui: 3 Februari 2021   00:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Documentasi pribadi

Agak siangan ini, setelah semalaman begadang berpikir tentang pertanian saya baru sadar atau bahkan kita baru sadar bahwa pertanian tidak luput dari kemajuan teknologi yang semakin kesini semakin pesat. 

Ya, seperti banyak kita baca dan dengar bahwa teknologi di dunia pertanian semakin canggih dan beberapa masih otw canggih. Seperti menyemprot dengan menggunakan drone misalnya, atau alat deteksi kebutuhan unsur hara dan serangan HPT pada tanaman yang memudahkan petani dalam merawat tanaman budidayanya dll. 

Tentunya, hal apapun itu untuk memudahkan dan efisiensi petani. Jadi, petani tidak perlu repot dengan masalah di lapangan. Dengan pemanfaatan teknologi artificial intelligence dan terutamanya penggunaan internet, problem di areal pertanian seperti: Kelangkaan pupuk; serangan HPT; kekeringan; kekurangan tenaga kerja atau bahkan kekurangan petani semua akan selesai dengan Pertanian 4.0.

Kemajuan teknologi ini, bukan hanya pada sektor teknis budidayanya. Lebih luas lagi, penggunaan internet juga mengatasi persoalan di bidang distribusi produk pertanian (penjualan), penyuluhan dll. 

Misal Market Place produk pertanian, yang memudahkan petani dalam memasarkan produk hasil usaha taninya dan Aplikasi pertanian yang membantu petani dalam menyampaikan masalah di lahan budidayanya dengan mendapatkan feedback saran masukan dari admin dan sesama pengguna aplikasinya. Semua hal, di era 4.0 ini dari hulu hingga hilir khususnya di dunia pertanian semakin dimudahkan. Dengan begitu tidak ada alasan lagi bagi petani untuk tidak meningkatkan produksi dan produktivitasnya.

Tidak hanya itu, pengamatan dan buah pikir selama begadang dan bangun agak siangan ini telah mengamati bahwa puncak Pertanian 4.0 tidak cukup berhenti sampai apa yang tertulis di atas. Serasanya cukup kecil pengaruhnya jika 4.0 di dunia pertanian hanya sampai di situ saja. Jika pertanian kuno bercocok tanam dengan media tanah dilanjutkan era pertanian modern dengan penemuan bercocok tanam tanpa media selain tanah (hidroponic, aquaculture, dll). 

Tahun sekitar 1627 Hidroponic ditemukan dan di Indonesia sendiri berkembang sejak 1980a-an. Di Indonesia sendiri perkembangan budidaya hidroponic sendiri dalam rangka usaha mengatasi penyempitan lahan pertanian, urban farming, dan penghobi tanaman budidaya konsumsi skala rumah tangga. Lalu, bagaimana perkembangan pertanian 4.0 selain pemanfaatan teknologi artificial intellegence?

Sejalan dengan berkembangnya hidroponic, perkembangan pertanian 4.0 juga bertugas untuk menyelesaikan masalah penyempitan lahan. Pohon koin di Market Place Sh**pe adalah hasil berkembangnya teknologi 4.0. ya, kita telah mampu menanam tanaman tanpa media tanah, air, api dan udara sebagai 4 element bumi yang dikenalkan oleh avatar. 

Selain usaha Pemerintah melalui KEMHAN untuk segera menjalani proyek FOOD ESTATE di Kalimantan Tengah dengan harapan masalah penyempitan lahan dan ketahanan pangan nasional bisa di atasi. Ya, kurang lebih begitu.

Kita telah mampu menanam tanaman di Internet dengan saling bantu antar "petani" untuk menyiram dan menggoyang kita akan mendapatkan point. Tidak rumit sama sekali. Cukup dengan gawai, internet dan waktu luang kita sudah berbudidaya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline