Lihat ke Halaman Asli

Folklor Jangan Dilupakan, Sebagai Media Membentuk Karakter Bangsa

Diperbarui: 27 September 2020   00:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sejak dahulu, yang diinformasikan bahwa Indonesia terkenal dengan keramahannya. Banyak negara yang mengakui bahkan wisatawan-wisatawan yang datang ke Indonesia dan pulang ke negaranya mengaku senang berkunjung ke Indonesia karena keramahan masyarakatnya. 

Dan itu dulu, sepertinya pada saat ini kita tidak menemui itu, bahkan saya sendiri tidak sepakat bahwa Indonesia terkenal dengan keramahannya.

Pada saat dulu mungkin untuk membuktikan bahwa Indonesia memiliki keramahan yang luar biasa dapat digambarkan pada situasi sejarah VOC yang dapat diterima di Nusantara sebagai pedagang dan berlangsung selama ratusan tahun, bahkan seandainya tidak terjadi penindasan mungkin masyarakat Nusantara pada saat itu tidak akan melakukan perlawanan.

Saat sekarang, hal tersebut tidak ditemukan bahkan kasus terakhir di Bali wisatawan yang di tilang 1 juta oleh oknum penindak hukum Indonesia dengan alasan tidak memiliki surat-surat lengkap pada kendaraannya. Bagi saya, contoh tersebut sudah cukup mengindikasikan bahwa karakter bangsa kita mulai terkikis.

Tentunya, ada penyebabnya dari pengikisan karakter bangsa ini, salah satu yang sarat adalah kemajuan teknologi di era globalisasi ini. Mengapa? Karena mau tidak mau dan bisa tidak bisa nilai-nilai sosial dan agama perlu usaha besar untuk masuk menjadi prinsip pribadi bangsa yang bersaing dengan mudahnya informasi digital di Internet.  

Selain tidak melupakan sejarah, bangsa yang besar adalah bangsa yang memiliki karakter. Lalu, bagaiamana karakter bangsa Indonesia? Untuk melihat ini, perlu kita melihat kebelakang melihat artefak-artefak yang usang menjadi cerita, dongeng atau hanya tampak di film-film yang mengangkat nilai bangsa Indonesia.

Bukan menjadi informasi tertutup lagi bahwa gotong royong, berkebudayaan tinggi, nasionalisme, patriotisme dan tata krama serta sopan santun melekat pada bangsa Indonesia.

Tentunya kita pernah melihat atau bahkan melakukan ini pada dahulu, di desa-desa ketika ingin membangun kandang, mushollah atau memperbaiki jalan tidak lah perlu waktu lama hanya mengandalkan masyarakat sekitar pekerjaan itupun cepat diselesaikan penuh kebahagiaan dan kekompakan.

Ketika 17 Agustus perayaan hari kemerdekaan pun disambut dengan meriah tidak melupakan esensi perjuangan tentunya, namun masyarakat cukup andil dalam meramaikan itu.

Bukan juga korona menjadi penghalang, melihat kasus terbaru ibu-ibu menggunting bahkan membakar bendera merah putih, bendera sebagai wujud juang dan kesucian mengambarkan bagaiamana keikhlasan pahlawan kita berjuang pun dilecehkan.

Harus bagaimana kah sekarang, tentunya bukan hanya urusan pemerintah Indonesia, kita sebagai anak bangsa pun tentunya perlu ambil andil dan menyadari pengikisan karakter bangsa, mengembangkan dan tidak meninggalkan tradisi berbentuk foklor misalnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline