Lihat ke Halaman Asli

Mengubah Perilaku Konsumsi melalui Kantong Plastik Berbayar

Diperbarui: 19 Maret 2016   14:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peraturan Kantung Plastik Berbayar

Keputusan pemerintah untuk memberlakukan sistem kantung plastik berbayar disambut dengan reaksi pro dan kontra. Tujuan utama keputusan ini adalah untuk mengurangi volume penggunaan plastik dan membiasakan masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan. Ternyata, dari obrolan singkat saya dengan kasir di Giant Bogor, keputusan ini mengurangi penggunaan kantung plastik dengan cukup signifikan. Jumlah kantung plastik yang biasa habis terpakai dalam sehari, sekarang bisa bertahan selama lima hari.

Tidak dapat dipungkiri bahwa banyak kekurangan dalam implementasi kebijakan ini, terutama di dalam hal transparansi, seperti ke mana 200 rupiah yang dibayarkan untuk setiap pembelian kantung plastik. Namun, jangan sampai kita melampiaskan ketidaksetujuan dan kekesalan kita kepada kasir yang hanya menjalankan tugasnya dengan berargumen dan mendebat agar mereka memberikan kantung plastik secara gratis. Untuk saat ini, pilihannya adalah: membawa tas / plastik sendiri, membayar 200 rupiah per satu lembar kantung plastik, atau bersedia repot menggunakan tangan kosong.

Penggunaan plastik di dalam kehidupan sehari-hari telah menjadi sebuah kebiasaan buruk. Oleh karena itu, semua usaha untuk merubah kebiasaan ini sudah sepatutnya kita dukung. Ada banyak dampak negatif penggunaan plastik, dan sudah banyak negara yang mengimplementasikan pembatasan penggunaannya.

Contohnya Mauritania, yang baru-baru ini melarang penggunaan kantung plastik sepenuhnya dan memberlakukan denda atau hukuman penjara kepada penggunanya. Kesadaran yang sama sudah ada sejak dulu di negara-negara maju seperti Amerika Serikat (yang menggunakan grocery bag) atau Jepang (yang di beberapa propinsi juga menggunakan konsep plastik berbayar). Bahkan, negara-negara tetangga sudah banyak yang mendahului kita dengan memberlakukan aturan-aturan untuk mengurangi penggunaan kantung plastik. Sayang, perilaku-perilaku seperti ini justru sering luput dari mata kita.

Dampak Negatif Penggunaan Plastik

Plastik berasal dari minyak bumi, yang merupakan sumber daya alam terbatas dan "kotor". Terbatas, karena telah dilaporkan bahwa cadangan minyak dunia hanya akan bertahan hingga 50 tahun ke depan. Kotor, karena ekstraksi, distribusi, dan penggunaan minyak bumi dalam bentuk apapun mengakibatkan polusi. Oleh karena itu, setiap usaha untuk mengurangi ketergantungan kepada minyak bumi sudah sepatutnya kita dukung dan tegakkan.

Menurut data dari earth-policy.org, setiap tahunnya umat manusia menggunakan satu triliun lebih kantung plastik. Setiap menit, 2 juta kantung plastik dikonsumsi. Kantung plastik biasanya hanya digunakan sesaat saja, namun butuh waktu beratus-ratus tahun hingga ia terurai. Itupun tidak secara keseluruhan. Ia menjadi serpihan-serpihan kecil yang mencemari lingkungan. Plastik dapat didaur ulang, namun kualitasnya akan terus menurun. Pada akhirnya, plastik yang dikonsumsi akan bersemayam di tempat-tempat pembuangan sampah, di laut, atau tempat-tempat lain.

Di Lautan Pasifik ada sebuah daerah di mana serpihan sampah yang mayoritas berupa plastik, terkumpul oleh arus air laut. Serpihan sampah ini tidak dapat terurai 100%, sehingga hanya hancur menjadi serpihan-serpihan kecil yang mengotori laut. Banyak hewan laut yang terjerat atau memakannya, tidak jarang mengakibatkan kematian.

Selain dari itu, pertumbuhan fitoplankton juga terganggu. Padahal, fitoplankton merupakan makanan pokok bagi biota laut. Hal ini mengakibatkan terganggunya seluruh rantai makanan dan ekosistem di laut. Dengan laporan para peneliti biologi kelautan mengenai hilangnya 80-90% jumlah ikan di laut, tindakan-tindakan yang merusak ekosistem laut harus kita hindari.

Plastik murni yang berasal dari minyak bumi dinyatakan tidak berbahaya bagi kesehatan. Namun, plastik yang beredar di pasaran merupakan bahan plastik yang telah diberi penambahan-penambahan senyawa kimia lain seperti phthalate atau bisphenol-A (BPA). Senyawa phthalate dinyatakan memiliki efek karsinogenik (menyebabkan kanker) dan dapat terdifusi keluar dari polimer plastik mencemari lingkungan.

Saat ini, Badan Uni Eropa telah melarang penggunaan phthalate di dalam plastik untuk mainan anak-anak. BPA, yang juga telah dilarang penggunaannya di Uni Eropa, merupakan polimer tambahan di dalam pembuatan plastik. Ia merupakan bahan kimia yang memiliki struktur yang mirip dengan estrogen, hormon yang dominan pada perempuan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline