Lihat ke Halaman Asli

Integritas dipangkas atau Senioritas dianggap pantas?

Diperbarui: 8 Maret 2021 Β  18:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

β€œcuma manusia pengecut atau curang yang tiada ingin melakukan pekerjaan yang berat, tetapi bermanfaat buat masyarakat sekarang dan dihari kemudian itu”

Tan Malaka

Adalah sekarang ini senioritas menjadi masalah yang umum dialami oleh seseorang yang masuk ke dalam lingkungan kerja baru. Senioritas bukanlah merupakan situasi yang baik, nyaman serta menyenangkan. Peristiwa Adam dan Iblis mungkin bisa menjadi ilustrasi model yang sering terjadi saat ini. Iblis tidak pernah mengikuti perintah Tuhan bukan tanpa sebab, namun iblis merasa dia yang paling pertama dibuat sebelum Adam dibuat. Iblis merasa kekuatannya palingΒ mumpuni dari pada manusia. Sekedar njlungupΒ  dihadapan manusia pun ia tak mau. β€œSaya lebih dulu disini kamu itu belakangan datangnya Dam Adam,” sahut Iblis. Seperti itu senioritas?

Integritas diuji bukan dipuji

Integritas pribadi seseorang menginterpretasikan kemampuan dan kesanggupan yang dimiliki diri sendiri. Jati diri yang dimiliki seseorang mengikuti kemampuan dan kelihaian dalam persinggungan selama bersosialisasi. Nyatanya sekarang marak sekali manusia yang lebih mengedepankan kesanggupan mencari muka. Kemampuan tersebut justru dianggap lebih efektif untuk hanya sekadar penilaian. Kenyataanya penilaian tersebut cenderung subjektif dan parsial. Pasalnya tak sedikit orang yang memiliki atau menjabat posisi strategis yang didapatkan dari sekadar kolega atau bahkan konco apikΒ malah memiliki IQ jongkok dan sering berbuat kisruh dalam dunia kerja.Β 

Bukan rahasia lagi memang. Kekisruhan terpicu karena orang yang tidak memiliki integritas lebih berperan sebagai perusak tatanan sehingga alam memiliki cara sendiri yakni siapa yang kuat secara integritas sering keluar sebagai pemenang. Seseorang yang hidup dengan integritas yang kokoh adalah mereka yang dituntun oleh seperangkat prinsip inti. Ibarat ketika melakukan perjalanan, integritas adalahΒ map nya. Orang yang memiliki integritas tentu memberdayakan kepribadian dan karakter mereka untuk berperilaku secara konsisten bukanΒ isuk dele sore tempe. Gampangnya adalah integritas itu menunjukkan nilai-nilai Β kehidupan yang memberikan nuansa kebajikan bukannya bertindak reaktif atas segala hal yang belum tentu solutif. Integritas juga bisa berupa kasih sayang bukannya bangga dengan menjadi atasan lebih-lebih aku yang paling senior, kamu junior tau apa?. Kepedulian terhadap lingkungan. Kedermawanan atau suka memberi yang tentu tidak dimaknai dengan suka memberi (mengalihkan) tugas yang dimaknai pengaderan, pengaderan cap apa?. Kejujuran tentu, wajib hukumnya. Anti korupsi harus!. Anti manipulasi juga tak kalah penting. Manipulasi haram berada dalam jati diri seseorang, kalaupun ada ya wassalam saja; tinggal menunggu gembuknya saja. Anti kolusi dan anti nepotisme satu paket yang tentu tidak boleh ada atau berniat mengadakan, naudzubillah!Β 

Integritas cermin kualitas

Integritas pribadi akan selalu mengalami persinggungan dalam kehidupan. Mengingat integritas sendiri merupakan produk yang kita hasilkan secara mandiri dan berasal dari dalam diri tentu segala aktifitas dan hal diluar diri pribadi bisa saja tidak memiliki integritas. Realitas kehidupan sosial, politik bahkan ekonomi selalu menyuguhkan kefakiran bahkan kelemahan integritas. Tentu integritas pribadi harus jauh lebih kuat dan berkualitas. Keberanian menjadi modal untuk mengalahkan tantangan yang berasal dari luar. Β Β 

Keberanian menerima tanggung jawab tentu harus dibarengi dengan kemampuan memperkuat integritas. Harus bisa menjadi pribadi yang dibutuhkan banyak orang untuk mengimplementasikan bentuk kejujuran, keadilan bersikap, serta menghormati sudut pandang yang berbeda. Integritas memiliki peran besar untuk mengubah nilai kesadaran ke dalam bentuk tindakan. Integritas yang dibarengi dengan etika dalam bertindak-tanduk dan konsisten, maka jika diuji dari luar pribadi , maka akan ada perisai dan keberanian untuk memenangkan ujian realitas, politik kepentingan dan krooni-kroninya.

Namun, jika keberanian itu tidak ditunaikan maka bisa-bisa orang mulai belajar tidak menghormati Tuhan bahkan meniadakan kesalehan jika sudah ditekan oleh kesulitan hidup seperti, seperti ancaman kekuasaan, jabatan, kelaparan atau bahkan politik praktis mungkin. Ketika seseorang pekerja serabutan tidak memiliki uang yang mencukupi kebutuhan atau menyekolahkan anaknya atau sekadar membayar biaya sewa tempat tinggalnya maka seorang pekerja serabutan mampu bekerja disiplin dan memiliki etos kerja yang luar biasa! Akan tetapi kedisiplinannya berkurang ketika dia merasa serba luwih-luwihΒ dan tidak ada yang mengawasi. Naudzubillah!.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline