Lihat ke Halaman Asli

Kiblat Baru Umat Manusia

Diperbarui: 12 November 2020 Β  11:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Laut tetap kaya takkan kurang, cuma hati dan budi manusia semakin dangkal dan miskin.

Pramoedya Ananta Toer - Gadis Pantai

Jangan lupa follow aku ya!. Kalimat imperatif ini sadar atau tidak selalu diawali dengan curhatan yang cenderung memplokamirkan dirinya si pemilik media sosial. Prihatin memang sekaligus miris.Β 

Perkembangan sosial media salah satunyaΒ insetageram sekarang ini memang perlu diapresiasi minimal dipuji lah. Konten yang mengandung hal-hal positif bersifat nduduhi atau mungkin memberikan informasi yang berguna bagi khalayak sangatlah banyak. Tak ayal orang-orang bertransmigrasi atau bahkan memilih media sosial daripada kerja bakti.Β 

Nah, jika yang model begini ini diteruskan maka konten negatif pun juga akan terlahir. Karena pemahaman yang keblinger inilah yang turut andil atas terciptanya konten negatif dan perlahan masyarakat menganggap hal tersebut lumrah.Β 

Lumrah itu bentuk sikap yang memandang sesuatu hal yang seharusnya tak lazim secara nilai menjadi lazim. AkankahΒ insetageram ini akan menjadi liar di masa depan? jawabannya semua bergantung Tuan nya.

Visual Ngefek yang Memanipulasi Fakta

Kalau kata mas Rama Kertamukti, yang kebetulan sebagai dosen Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga bahwa Instagram adalah sebuah aplikasi untuk berbagi foto yang dapat dilihat oleh pengikut dari pengunggah foto tersebut hingga dapat saling memberikan komentar antara sesamanya.Β 

Nama Instagram sendiri berasal dari insta dan gram, "insta" yang berasal dari kata instant dan "gram" yang berasal dari telegram, dapat disimpulkan dari namanya yang berarti menginformasikan atau membagikan foto kepada orang lain dengan cepat.Β 

Yah! Semakin cepat semakin baik. Kata salah seorang pemilik akun. Pemiliki akun bernama, sebut saja mawar ia selalu menginformasikan, menyebarkan bahkan kalau perlu dia tidur miring kemana pun semua orang harus tau.Β 

Orang lain dibaiat yang ditandai dengan meng-klik accept ditampilan menunya merupakan pertanda kita sah menjadi pengikutnya. Segala macam hiruk pikuk kesibukanya setiap hari akan terpampang jelas atau bahkan kita bisa menghafal bentuk anatomi tubuhnya.

Tak ayal memang jaman sekarang ndak enak kalau ndak mentelengi medsos itu. Ada kegundahan yang amat sangat ketika jari tangan ndak ngumeki sosmed itu.Β 

Tingkat kegundahan dapat dilihat Β ketika seseorang mendadak gupuh ketika melihat momentum penting kemudian tidak didukung dengan kondisi transmisi sinyal yang baik. Padahal bijaknya hal tersebut tidak perlu disambut dengan kegupuhan.Β 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline