Lihat ke Halaman Asli

Rakyat Proaktif, Jawaban Untuk Reshuffle

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_135031" align="aligncenter" width="680" caption="Tangan Rakyat (Dok Pribadi)"][/caption] Mempunyai sosok pemimpin yang bisa menjadi panutan dan bukan hanya menjadi pemerintah adalah dambaan semua rakyat, terutama rakyat di negara-negara berkembang, seperti Indonesia, yang sangat dinamis dan butuh arah jelas pembangunan. Oleh karena itu, isu pergantian atau reshuffle menteri oleh presiden SBY ada baiknya di lihat secara positif, jika memang tujuan utama adalah efisiensi dan efektivitas kinerja. Penting di ketahui, apa yang sedang Indonesia  alami adalah hal yang sama bagi negara berkembang dan besar seperti India dan Cina. Dimana dinamika ini adalah lumrah dan melaui proses inilah kita semua bisa mendambakan yang terbaik.

Mencoba Sudut Pandang Baru: Sudut Pandang Rakyat Proaktif

Mengaitkan dan mempermasalahkan reshuffle dengan kepetingan partai politik pun adalah wajar, namun melihat dengan sudut pandang ini secara terus menerus tentulah tidak tepat. Loh, kenapa tidak tepat? Tidak tepat karena sudah pasti setiap golongan atau organisasi mempunyai sebuah kepentingan. Partai politik tanpa kepentingan politik adalah omong kosong. Bukankah itu lah salah satu fungsi partai politik? Menjembatani aspirasi rakyat dan melakukan perubahan melalui berpolitik, koreksi kebijakan dan lain-lain. Jika politik di lihat dengan seksama, politik akan terlihat sebagai SEBUAH CARA untuk melakukan perubahan dalam pemerintahan secara LEGAL atau RESMI. Jadi  jika melihat kepentingan politik, politik dan berpolitik adalah sesuatu yang buruk dan perlu di hindari adalah tidak tepat dan terlalu sederhana. Semua itu hanyalah hasil "penanaman" persepsi buruk politik dari masa lampau dan kebiadapan pemerintah yang tidak bertanggung jawab. Apakah dengan persepsi ini negara di untungkan? Tidak! Negara sama sekali tidak di untungkan. Para pengambil kesempatan yang licik lah yang di untungkan. Loh, kenapa begitu? Tentu saja mereka yang di untungkan dan bukan negara. Dengan persepsi seperti itu maka rakyat condong untuk bersikap apatis dan pesimis. Alhasil negara terus diperintah oleh mereka yang tidak efisien, tidak profesional dan tidak bersih! Kita, RAKYAT, mempunyai peran dan kekuatan yang sangat besar! Sri Sultan HB X bahkan pernah menyatakan bahwa suara rakyat berada di POSISI TERTINGGI. Jadi? Siapa yang bisa membawa perubahan di negara Indonesia ini? Pemerintah? Tidak! Reshuffle? Tidak! Tapi adalah PERILAKU RAKYAT sendiri. Pemerintah atau pemimpin negara dan susunan menteri hanya FASILITATOR dan NAHKODA agar perjalanan jangka panjang ini terarah.

Paham Kapasitas Kita: Kapasitas Merespon

Orasi Anies Baswedan dalam orasi kebangsaan di salah satu Universitas di Jakarta dengan tema "Melunasi Janji Kemerdekaan" (15/8) dapat diartikan bahwa pendiri bangsa kita ini, Bung Karno dan Bung Hatta, sebenarnya adalah rakyat awam seperti kita-kita namun mereka paham kapasitas mereka dan paham bagaimana merespon tantangan saat itu. Proaktif! Begitu juga dengan kita, kita harus paham bahwa kita mempunyai kemampuan untuk merespon tantangan saat ini dan Ini semua hanya masalah perilaku kita sebagai rakyat. Akankah kita tetap pasif menjadi penonton yang hanya dapat menghujat dan mengkritisi? Harap-harap tidak. Beberapa negara ASEAN, seperti Singapore dan Thailand sebagai contohnya, telah membuktikan bahwa rakyat mempunyai kapasitas dalam merespon dan merubah situasi negara dan aparatnya. Kita harus percaya bahwa saat partisipasi dan pengawasan rakyat meningkat maka kinerja aparatur cenderung meningkat akibat perlunya melaporkan kinerja mereka terhadap rakyat. Perilaku proaktif seperti diatas tentu akan menghasilkan perlawanan dari kelompok yang menikmati keadaan seperti sekarang. Tapi itulah perubahan, seperti apa yang kita alami di awal era reformasi, tiap golongan terusik dari zona nyamannya. Yang terpenting sekarang adalah menciptakan kesadaraan di antara kita atas kemampuan kita merespon, mengumpulkan kekuatan agar bergerak bersama dan agar tidak mudah terpecah dalam proses perjuangan ini.

Lebih dari "Untuk Politik"

Walau menurut Basuki T. Purnama (atau biasa dikenal dengan nama Ahok), rakyat Indonesia harus lebih aktif berpolitik dan menjaga intergritasnya demi membawa Indonesia kearah yang lebih baik,  cara merespon proaktif diatas juga bisa di coba dalam berbagai hal lainnya yang  pada akhirnya membawa Indonesia ke arah lebih baik. Proaktif bisa di lakukan dalam bidang mengatasi kemisikan, kesenjangan sosial, korupsi dan lain-lain dalam masyarakat. Kemampuan merespon proaktif ini bukan hanya ada dalam diri pemimpin besar seperti Bung Karno dan Bung Hatta, tapi juga ada di dalam tiap-tiap rakyat Indonesia, saya, kamu dan kita. Salam Felix Kusmanto Tulisan ini juga di publikasikan di blog pribadi saya www.felixkusmanto.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline