Lihat ke Halaman Asli

Nasionalisme yang Berbeda

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

[caption id="attachment_245628" align="aligncenter" width="252" caption="Kampanye damai oleh mahasiswa Indonesia (Terima kasih kepada Dira dari MMU Cyberjaya atas gambarnya)"][/caption]

Negara yang menghargai rakyatnya akan dihargai rakyatnya

Negara yang dihargai rakyatnya akan dihargai negara lain.

Saat keinginan untuk membunyikan genderang perang antara Indonesia dan Malaysia kembali muncul, sebagai seorang anak bangsa sepatutnya kita kembali mencoba berpikir dengan hati-hati "Apakah ini yang Indonesia benar-benar butuhkan?". Syukur-syukur dengan cepat gambaran kepulauan Indonesia yang terbentang luas dari ujung sabang sampai marauke dapat di proyeksikan. Jadi, saat ada keputusan "Indonesia menginginkan perang terhadap malaysia", kita harus segera bertanya "siapa yang sebenarnya menginginkan perang ini? Indonesia secara keseluruhan (atau paling tidak mayoritas penduduk Indonesia) atau hanya segelintir manusia Indonesia yang tergabung dalam kelompok-kelompok kecil yang ingin menyamaratakan pendapat mereka terhadap penduduk Indonesia secara keseluruhan?" Ini tentunya menjadi hal penting untuk dipikiran kita semua. Pola pikir seperti ini bahkan dapat membawa kita sebagai manusia Indonesia ke dalam bentuk nasionalisme yang berbeda. Nasionalisme yang berpikiran dengan logika, jangka panjang dan bertanggung jawab. Namun seperti yang kita ketahui, banyak hal dapat terjadi di Republik ini, termasuk perang. Perang dapat saja terjadi walau kecil kemungkinannya, tapi Jika pada akhirnya memang perang skala besar menjadi jawaban yang absolute dari permasalahan Indonesia dan Malaysia maka akibatnya sudah pasti fatal. Pengganguran akan meningkat akibat pemulangan jutaan tenaga kerja dari Malaysia, perdagangan akan terhambat, ekonomi melemah, tujuan ASEAN 2015 tidak akan tercapai, image Indonesia dan Asia Tenggara akan tercoreng dan lain-lain. Siapa yang dirugikan oleh perang ini? Indonesia, Malaysia, rakyatnya dan kita. Sebelum membahas lebih jauh Ingin rasanya berbagi kata-kata yang mungkin bisa direnungkan bersama-sama. Jika berkenan mari kita melihat kata-kata ini "Negara yang menghargai rakyatnya akan dihargai rakyatnya, Negara yang dihargai rakyatnya akan dihargai negara lain". Kalimat yang sederhana namun besar maknanya. Jika suatu negara menghargai rakyatnya dengan sungguh-sungguh melalui pemenuhan kebutuhan rakyatnya (paling tidak kebutuhan dasarnya termasuk pendidikan) tentu rakyatnya akan kembali menghargai negaranya, akan ada rasa saling membutuhkan dan saling menguntungkan bagi kedua pihak. Situasi inilah akan membuat negara lainpun menghargai negara tersebut. Lebih-lebih karena adanya kesetian rakyat yang tinggi maka ini dapat menciutkan keberanian negara lain untuk bermain api dengan negara tersebut. Pelemparan Tinja dan Perusakan Bendera Dalam hal pelemparan tinja ke kedutaan Malaysia apakah itu merupakan bentuk nasionalisme yang tepat dan bertanggung jawab? Jawabannya adalah tidak. Karena usaha itu memperkeruh suasana dan memberikan nilai lebih Malaysia dalam sebuah perundingan karena itu adalah tindakan menghina Malaysia. Bagaimana dengan perusakan jalur gemilang (nama bendera Malaysia)? Sama saja, bendera adalah lambang negara, merusak bendera negara lain berarti menghina negara lain. Dan sekali lagi Malaysia mendapatkan nilai lebih dalam diskusi. Apakah bendera Indonesia pernah dirusak di Malaysia? Jawabanyna YA pernah, ada usaha pembakaran bendera Indonesia sekali beberapa hari yang lalu di depan Kedutaan Indonesia di Kuala Lumpur. Namun polisi Malaysia segera menangkap dua orang ini. Kenapa? Karena pembakaran bendera menghina. Indonesia menghargai rakyatnya? Indonesia sejak berdiri mempunyai cita-cita yang agung. Namun secara prakteknya? Oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab merusak semua itu, mencoreng, menghina dan lain-lain. Korupsi adalah salah satu bentuk tindakan tidak menghargai rakyat dan negara.Alhasil sebaliknya, rakyat menjadi tidak menghargai negara. Bentuk nyata sekali lagi adalah pelemparan tinja ke kedutaan negara sahabat. Itu merusak image negara Indonesia sendiri dan bukanlah sebuah bentuk positive diplomatic effort . Karena hubungan kedua belah pihak (Negara dan rakyat) tidak saling menghargai berlanjut terus menurus maka negara lainpun menjadi paham karaktersitik Indonesia dan rakyatnya. Oleh karena itu tidak heran jika negara lain dengan mudah tidak menghargai negara Indonesia. Menganiaya tenaga kerja Indonesia, Menerobos batas laut, mengambil budaya adalah beberapa bentuk tidak menghargai Negara Indonesia. Lalu bagaimana dong? Dari pada nasionalisme untuk berperang dan mengganyang negara tetangga lebih baik kita menggunakan nasionalisme yang berbeda untuk berperang dan mengganyang pada oknum-oknum tidak bertanggung jawab. Mungkin benar ungkapan bung Amir El-huda dengan tulisannya yang berjudul Melempar Tinja ke Gedung DPR. Nasionalisme kita harus kita salurkan ke dalam bentuk membangun negeri ini terlebih dahulu. Menguatkan kestabilan internal sebelum keluar untuk mengganyang negara lain. Perlu diingat atau jadi renungan Sebagai informasi, Malaysia bukanlah negara yang sempurna. Sudah 3 tahun saya berkesempatan menimba ilmu bersama 13.000 pelajar Indonesia lainnya dan 2 juta manusia Indonesia lainnya. Kami tahu apa yang Malaysia juga hadapi sehari-harinya. Malaysia mempunyai permasalahan yang juga banyak layaknya Indonesia, dari segi politik, sosial, budaya dan lain-lain. Ada kemungkinan ini semua hanya panggung sandiwara untuk mengalihkan isu-isu lain. Maklum seperti yang tertulis diatas, Malaysia sudah tahu karakteristik manusia Indonesia.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline