Lihat ke Halaman Asli

Merekonstruksi Minat Baca di Kalangan Anak

Diperbarui: 14 November 2016   08:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi. Shutterstock

Membaca merupakan salah satu skill kehidupan yang dimiliki manusia. Bahkan merupakan kemampuan yang sangat fundamental namun vital bagi kehidupan kita. Karena esensi dari kita membaca adalah untuk mendapatkan pesan yang terkandung di dalam suatu tulisan (Tarigan, 1984:7). Sehingga ada kecenderungan apabila seseorang rajin membaca, maka akan semakin tinggi wawasannya. 

Menjadi hal yang wajar ketika pada akhirnya peringkat minat membaca didominasi oleh negara-negara maju, karena dengan pengetahuan yang apik dari warga negaranya membuat status negara tersebut semakin baik dan untuk mendapatkan pengetahuan, maka mereka sangat giat untuk membaca dari berbagai macam sumber. 

Tidak hanya pengetahuan saja yang bisa didapat dari membaca. Tetapi ada berbagai manfaat lain yang juga penting bagi kita seperti yang digambarkan pada infografis di bawah ini.

Dokumen pribadi

Lalu bagaimana dengan posisi Indonesia dalam daftar minat baca sedunia? Cukup miris ketika mengetahui peringkat negeri kita tercinta ini. Karena Indonesia hanya berada di peringkat 60 dari total 61 negara menurut Central Connecticut State University[1]. Alias hanya lebih baik dari Bostwana satu peringkat dan persis di bawah Thailand. 

Tentu ini bukanlah masalah yang sepele, karena untuk membangun bangsa ini sangat diperlukan sumber daya manusia yang handal. Jika peringkat literasinya saja masih paling akhir, akan sulit membayangkan untuk bisa merubah status Indonesia dari negara berkembang menjadi negara maju di masa depan.

Memilukan bukan, mengetahui Indonesia menempati peringkat kedua terbawah sedunia? Tetapi, apa sih yang menjadi penyebab dari buruknya tingkat literasi di Indonesia? Lewat infografis di bawah ini saya perlihatkan faktor-faktor utamanya.

Dokumen pribadi

Dari berbagai sumber yang saya baca, terdapat 6 sebab rendahnya minat baca khususnya di kalangan anak-anak yang seringkali saya temui. Faktor keluarga menjadi peran sentral dari rendahnya minat baca. Jika pada keluarga tersebut tidak mengajarkan atau membudayakan kegiatan membaca, maka anak-anak juga tidak memiliki niat atau keinginan untuk membaca. 

Walaupun berada di lingkungan yang kondusif untuk menumbuhkan minat membaca, tetapi jika bahan bacaan kurang menarik perhatian anak-anak, maka mereka juga akan kehilangan semangat untuk membaca. Karena mereka merasa bosan. Membaca bisa menjadi kegiatan yang  menyenangkan jika hal tersebut dapat menghibur (sambil menyerap pengetahuan) anak-anak. Bacaan yang tepat bisa berupa majalah bewarna dan bergambar yang unik sehingga dapat menarik perhatian bagi anak-anak.

Faktor ketiga dan keempat cukup berkaitan, terutama bagi para orang tua yang cukup direpotkan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya sehingga tidak terlintas untuk menyediakan bahan bacaan bagi anak mereka. Untuk menyiasatinya, para orang tua biasanya membawa anaknya berkunjung ke perpustakaan di sekitar kediamannya atau juga memanfaatkan jasa perpustakaan keliling. Tetapi, karena adanya keterbatasan dari jumlah perpustakaan sehingga cakupan wilayah yang dapat dijangkau oleh masyarakat semakin sempit.

Faktor berikutnya adalah gangguan dari gadget yang memiliki fitur-fitur menyenangkan seperti game, youtube dan lain-lain. Sehingga, jika anak sudah terlanjur mania dengan game, maka akan sulit mengarahkannya untuk membaca buku. Terkadang, sang anak sampai bisa lupa waktu jika sudah kecanduan main game. Sehingga waktu luangnya untuk membaca buku malah habis digunakan untuk berinteraksi dengan gadgetnya.

Membangun Minat dan Budaya Baca 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline