Lihat ke Halaman Asli

Dampak Ambiguitas Pada Pemilihan Diksi Berita Pemilu di Indonesia

Diperbarui: 30 Agustus 2024   22:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Pemilu di Indonesia adalah momen penting yang mempengaruhi masa depan politik dan sosial negara. Namun, dalam laporan berita mengenai pemilu, seringkali kita menemui diksi atau pilihan kata yang ambigu, yang dapat membingungkan pembaca dan memengaruhi persepsi publik. Ambiguitas dalam bahasa dapat menyebabkan interpretasi yang salah dan mengurangi kejelasan informasi yang disampaikan.

Dampak Ambiguitas Diksi

  1. Kebingungan Pembaca: Ketika berita menggunakan istilah yang tidak jelas, pembaca mungkin merasa bingung tentang arti sebenarnya dari informasi tersebut. Misalnya, pernyataan seperti "calon tersebut memiliki kemungkinan besar untuk menang" tanpa penjelasan rinci dapat membuat pembaca tidak tahu seberapa besar kemungkinan tersebut dan apa dasar prediksi itu.
  2. Meningkatkan Spekulasi: Diksi yang ambigu sering kali memicu spekulasi dan rumor. Istilah seperti "terdapat dugaan" atau "kabarnya" dapat mengundang berbagai interpretasi dan spekulasi yang tidak berdasar, yang bisa mengaburkan fakta sebenarnya.
  3. Kredibilitas Media: Penggunaan diksi yang tidak jelas dapat menurunkan kredibilitas media. Pembaca yang tidak mendapatkan informasi yang jelas mungkin mulai meragukan keakuratan dan integritas berita yang disajikan.
  4. Polarisasi dan Ketidakpercayaan: Ketidakjelasan dalam laporan berita bisa memperburuk polarisasi politik dan ketidakpercayaan terhadap media. Ambiguitas sering digunakan dalam berita untuk menarik perhatian, tetapi dampaknya bisa lebih negatif ketika informasi yang disajikan tidak akurat atau tidak lengkap.

Contoh Diksi Ambigu dalam Berita Pemilu

  1. "Calon X Diduga Terlibat dalam Skandal Korupsi": Penggunaan kata "diduga" dalam berita ini tidak memberikan kepastian tentang kebenaran tuduhan tersebut. Ini dapat memicu spekulasi tanpa bukti yang jelas, dan membuat pembaca tidak tahu apakah tuduhan itu benar atau hanya rumor.
  2. "Hasil Survei Menunjukkan Ada Potensi Dukungan Besar untuk Partai Y": Istilah "potensi dukungan besar" tanpa angka atau detail lebih lanjut dapat membingungkan pembaca mengenai seberapa signifikan dukungan tersebut. Pembaca mungkin tidak mengetahui sejauh mana dukungan ini dibandingkan dengan calon atau partai lain.
  3. "Ada Isu Tentang Keabsahan Pemungutan Suara di Beberapa Daerah": Penggunaan kata "isu" tidak menjelaskan dengan jelas apa yang dimaksud---apakah ada masalah nyata atau hanya spekulasi. Ini dapat menimbulkan kekhawatiran yang tidak perlu dan memperburuk ketidakpercayaan terhadap proses pemilu.
  4. "Calon Z Membuat Pernyataan Kontroversial yang Bisa Mengubah Peta Politik": Frasa "bisa mengubah peta politik" tidak spesifik dan tidak menjelaskan bagaimana atau mengapa pernyataan tersebut memiliki potensi besar. Hal ini bisa menimbulkan kebingungan mengenai dampak sebenarnya dari pernyataan tersebut.

Rekomendasi untuk Mengatasi Ambiguitas

Untuk memastikan informasi yang disampaikan dalam berita pemilu lebih jelas dan bermanfaat, media harus:

  • Menghindari Istilah Ambigu: Gunakan diksi yang lebih spesifik dan jelas. Hindari istilah seperti "kemungkinan besar" atau "diduga" tanpa memberikan konteks yang cukup.
  • Memberikan Data dan Fakta yang Jelas: Sajikan angka, data, dan sumber yang dapat dipercaya untuk mendukung klaim dan prediksi. Misalnya, sebutkan angka dukungan survei atau detail spesifik mengenai tuduhan.
  • Menggunakan Sumber yang Terverifikasi: Pastikan setiap informasi yang disajikan didasarkan pada sumber yang dapat dipercaya dan diverifikasi.
  • Menjelaskan Konteks: Berikan penjelasan tambahan tentang bagaimana dan mengapa informasi tersebut relevan. Ini akan membantu pembaca memahami berita dengan lebih baik.

Kesimpulan

Penggunaan diksi yang ambigu dalam berita pemilu dapat memiliki dampak negatif terhadap pemahaman publik dan integritas informasi. Untuk melawan kebingungan dan spekulasi, media perlu fokus pada kejelasan dan akurasi dalam laporan mereka. Dengan memilih kata-kata yang lebih tepat dan memberikan konteks yang cukup, media dapat membantu masyarakat membuat keputusan yang lebih terinformasi dan menjaga kepercayaan publik terhadap proses demokrasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline