Andreas mencium perempuan itu saat bertamu ke delapan kalinya. Perempuan itu ingin menghindar, tetapi Andreas memberikan tatapan ayolah, ini hanya ciuman kecil.
Apa yang direncakanan sebagai ciuman kecil itu menjadi sesuatu yang besar. Besar, untuk tidak menyebutnya luar biasa. Luar biasa, sebab itu adalah ciumannya yang pertama. Ia tidak tahu apakah perempuan itu pernah berciuman sebelumnya, tetapi itu adalah ciumannya yang pertama, dan itu sangat luar biasa.
"Kau menyakitiku," ia tersadar ketika mendengar perempuan itu berkata. Ia merasa telah kehilangan dirinya sepanjang ciuman itu. Ia menggerakkan bibirnya terus-menerus selama beberapa menit dan ia merasa heran bahwa ia tidak merasa kelelahan. Tetapi ia telah menggigit bibir perempuan itu.
Saat ia melepaskan wajahnya, ia tersenyum dengan malu, dan mengalihkan pandangannya ke tembok, jauh dari pandangan mata perempuan itu. Ia tidak tahu harus berkata apa, tetapi saat ia mengalihkan pandangan matanya, ia melihat gambar Tuhan Yesus. Tuhan Yesus sedang memegang hati-Nya sendiri, hati-Nya yang bersinar-sinar. Tuhan Yesus tersenyum, dan mata-Nya sangat ramah.
Saat itulah ia bertanya, "Apakah Tuhan Yesus pernah mencium seorang wanita?"
Perempuan itu menatapnya dengan heran, dan bertanya apakah ciuman telah membuatnya kehilangan ingatan.
"Tidak, aku hanya bertanya," ia menjawab.
"Apakah ini ciumanmu yang pertama?"
Ia membuang lagi pandangannya sebab merasa malu. Tuhan Yesus masih tersenyum kepadanya.
Jogja, 30 Januari 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H